Misteri dan Jejak Kerajaan Panai, Penguasa Tanah Sumatera Abad ke-10 Masehi

Sabtu, 02 Maret 2024 - 06:19 WIB
loading...
A A A


Tapi ada beberapa sejarawan yang menempatkan Kerajaan Panai di bagian barat Sumatra, karena lebih dekat dengan pelabuhan Barus dan Sibolga. Sampai sekarang pulau kecil di dekat Barus masih disebut Panai.

Sumber dari luar yang lain yang menyebut tentang kerajaan Panai berasal dari Cina. Oleh para sarjana diperkirakan bahwa kerajaan Panai menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya di Sumatera pada tahun 1.000 AD.

Schnitger misalnya, menyebutkan bahwa nama "Pu-ni atau Po-li" dalam sumber Cina ditujukan untuk kerajaan Panai itu.Menurut berita Cina pada abad ke-5 terdapat sebuah kerajaan yaitu P'o-li, mengirim upeti.

Namun, para sarjana meragukan tentang keletakannya. Ada juga yang menyebut, P'o-li itu di Kalimantan, ada pula yang menempatkannya di pesisir Sumatra Utara.

Ada pula yang menempatkannya di pesisir barat Semenanjung Tanah Melayu, di Asahan, Sumatra Utara, dan ada pula yang menempatkannya di Pulau Bangka, bahkan Paul Pelliot menempatkan P'o-li identik dengan Bali.

I-tsing, seorang pendeta agama Buddha dari Cina yang beberapa kali mengunjungi dan tinggal di Sumatra menyebutkan bahwa P'o-li secara samar-samar terletak di sebelah timur Barus, tetapi letaknya jauh di pedalaman.

Selanjutnya, Hsu Yun-ts'iao memperkirakan, bahwa Panai tidak lain adalah di sekitar kompleks percandian Padang Lawas. 133 Oleh karenanya, kita dapat memperkirakan bahwa kerajaan Panai pada abad ke-6 itu adalah kerajaan yang berlatar belakang agama Buddha.

Pada abad ke-10 diperkirakan kerajaan Panai telah berkembang dan menjadi kerajaan yang penting di Sumatera, dan oleh karenanya tidak mengherankan apabila Rajendra I dari kerajaan Cola melakukan penyerangan pada tahun 1025 AD.

Namun, tampaknya serangan tersebut tidak berhasil menghancurkan Panai, karena terbukti pada abad-abad berikutnya justru kerajaan itu berkembang, dan bahkan berhasil membangun berbagai karya monumental, seperti kompleks percandian Padang Lawas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1635 seconds (0.1#10.140)