Misteri dan Jejak Kerajaan Panai, Penguasa Tanah Sumatera Abad ke-10 Masehi

Sabtu, 02 Maret 2024 - 06:19 WIB
loading...
Misteri dan Jejak Kerajaan Panai, Penguasa Tanah Sumatera Abad ke-10 Masehi
Relief di Biaro Bahal yang merupakan bagian dari candi-candi Padanglawas, Sumatra Utara. Foto/Perpusnas RI
A A A
Kerajaan Panai mungkin namanya tak terlalu didengar dibanding dengan Sriwijaya di Pulau Sumatera. Tapi nama Kerajaan Panai memang pernah disinggung oleh Kerajaan Sriwijaya di masa Sanggramawijayotunggawarman.

Nama Kerajaan Panai disebut dalam Prasasti Tanjore, muncul dari beberapa kerajaan yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.

Di dalam prasasti Tanjore itu juga dinyatakan nama-nama kerajaan yang berhasil ditaklukkan antara lain kerajaan Kadaram (Kataha-Kedah), Pannai, Malayur, Ilamuridesa (Lamuri), Ilanggasokam (Langkasuka), Madalinggam (Tambralingga), dan lain-lain.

Diduga nama-nama tersebut adalah nama-nama kerajaan kecil yang berada di Sumatra yang dianggap merupakan sekutu kerajaan Sriwijaya.



Sebagaimana dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", namun, kelihatannya penyerangan terhadap kerajaan Sriwijaya, dan sekutu-sekutunya tersebut tidak berarti telah meruntuhkan kerajaan Sriwijaya secara keseluruhan.

Dalam berita Cina disebutkan bahwa pada tahun 1028 masih disebutkan tentang adanya utusan dari Sumatra yang membawa upeti dari raja Se-li-tieh-hwa. Diduga raja ini merupakan keturunan dari Sanggrāmawijayatunggawarman.

Kata "Pannai" sebagaimana disebutkan di dalam prasasti itu memiliki bermacam-macam pengertian. Panai dapat diartikan sebagai "Watered by Rivers".

Terjemahan tersebut diperbaiki oleh Wheatley pada tahun 1961 yang menyatakan, bahwa karena kata Pannai dalam bahasa Tamil berarti tanah pertanian, karena itu secara sederhana kata Pannai dalam prasasti Cola diterjemahkan sebagai "well-watered fields (of) Sriwijaya.

Tapi di mana lokasi Kerajaan Panai, hingga saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Coedes, ahli sejarah Prancis misalnya menyebutkan, bahwa kerajaan Panai itu terletak di pesisir timur pulau Sumatra di muara sungai, dekat Desa Labuhan-bilik.



Tapi ada beberapa sejarawan yang menempatkan Kerajaan Panai di bagian barat Sumatra, karena lebih dekat dengan pelabuhan Barus dan Sibolga. Sampai sekarang pulau kecil di dekat Barus masih disebut Panai.

Sumber dari luar yang lain yang menyebut tentang kerajaan Panai berasal dari Cina. Oleh para sarjana diperkirakan bahwa kerajaan Panai menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya di Sumatera pada tahun 1.000 AD.

Schnitger misalnya, menyebutkan bahwa nama "Pu-ni atau Po-li" dalam sumber Cina ditujukan untuk kerajaan Panai itu.Menurut berita Cina pada abad ke-5 terdapat sebuah kerajaan yaitu P'o-li, mengirim upeti.

Namun, para sarjana meragukan tentang keletakannya. Ada juga yang menyebut, P'o-li itu di Kalimantan, ada pula yang menempatkannya di pesisir Sumatra Utara.

Ada pula yang menempatkannya di pesisir barat Semenanjung Tanah Melayu, di Asahan, Sumatra Utara, dan ada pula yang menempatkannya di Pulau Bangka, bahkan Paul Pelliot menempatkan P'o-li identik dengan Bali.

I-tsing, seorang pendeta agama Buddha dari Cina yang beberapa kali mengunjungi dan tinggal di Sumatra menyebutkan bahwa P'o-li secara samar-samar terletak di sebelah timur Barus, tetapi letaknya jauh di pedalaman.

Selanjutnya, Hsu Yun-ts'iao memperkirakan, bahwa Panai tidak lain adalah di sekitar kompleks percandian Padang Lawas. 133 Oleh karenanya, kita dapat memperkirakan bahwa kerajaan Panai pada abad ke-6 itu adalah kerajaan yang berlatar belakang agama Buddha.

Pada abad ke-10 diperkirakan kerajaan Panai telah berkembang dan menjadi kerajaan yang penting di Sumatera, dan oleh karenanya tidak mengherankan apabila Rajendra I dari kerajaan Cola melakukan penyerangan pada tahun 1025 AD.

Namun, tampaknya serangan tersebut tidak berhasil menghancurkan Panai, karena terbukti pada abad-abad berikutnya justru kerajaan itu berkembang, dan bahkan berhasil membangun berbagai karya monumental, seperti kompleks percandian Padang Lawas.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2521 seconds (0.1#10.140)