Kisah Gayatri Khawatir Gajah Mada Intervensi Kepemimpinan Raja Muda Majapahit

Senin, 19 Februari 2024 - 06:09 WIB
loading...
Kisah Gayatri Khawatir...
Kolase Gajah Mada dan Gayatri Rajapatni versi AI. Foto/Instagram @ainusantara
A A A
Di tengah peralihan kekuasaan dari Tribhuwana Tunggadewi ke Hayam Wuruk , sang cucu yang masih muda, Gayatri dilanda kekhawatiran. Kekhawatirannya tertuju pada Gajah Mada, Mahapatih Majapahit yang tetap mempertahankan jabatannya.

Gayatri khawatir jabatan mahapatih itu membuat Gajah Mada lupa diri dan haus kekuasaan sehingga menjadi konflik dengan sang cucu Hayam Wuruk yang diproyeksikan sebagai raja muda. Apalagi Hayam Wuruk naik tahta saat usianya begitu muda menggantikan Tribhuwana Tunggadewi, ibu kandungnya.

Kekhawatiran Gayatri ini memang cukup beralasan, karena Gajah Mada sudah menjabat jabatan strategis Mahapatih Majapahit, sejak Tribhuwana Tunggadewi bertahta.

Tetapi Gajah Mada dengan luar biasa bisa meyakinkan Gayatri mampu melindungi sang cucu bertahta di Kerajaan Majapahit. Bahkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit", mengisahkan komitmen Gajah Mada kepada Hayam Wuruk dan menjaga janjinya ke Gayatri.



Hal itu membuat Gayatri luluh dan mengalah, pertukaran pikiran antara Gayatri dengan Gajah Mada menjadi sesuatu hal yang biasa. Gayatri percaya Gajah Mada tidak menyalahgunakan rencananya itu demi kepentingan sendiri.

Gajah Mada yakin bahwa tanpa kendali langsung dari dirinya, masa depan kerajaan akan suram. Gayatri bisa memahami maksud Gajah Mada, tetapi ia khawatir akan rencana yang baru saja ia tuturkan. Tak seorang pun, termasuk Mahapatih Agung Gajah Mada tak dapat digantikan.

Aparatur pemerintah dan gaya pemerintahan harus mampu menjawab tantangan zaman yang terus bergulir. Gajah Mada dan orang-orang baru wajib membantu berjalannya proses tersebut, alih-alih mempertahankan sistem yang lama.

Di mata Gayatri, Hayam Wuruk memiliki semua harapan untuk menjadi pangeran yang berbudi sesuai tradisi Jawa, sekaligus menjadi pengayom kesenian berbasis tradisi Bali. Namun, Gayatri tidak bisa berharap Hayam Wuruk memiliki semua atribut seorang raja besar yang berpengalaman di usianya yang belia.

Dalam kondisi-kondisi seperti ini, ia masih membutuhkan bimbingan yang kukuh dari Mahapatih Gajah Mada selama lima tahun semenjak menjabat, tetapi juga dari ibu, ayah, bibi, dan pamannya yang memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk mengimbangi pengaruh sang Mahapatih yang selalu tidak sabaran itu untuk lima tahun pertama.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1326 seconds (0.1#10.140)