Kisah Gayatri Rajapatni, Perempuan Bijaksana Dibalik Penyusunan Kitab Hukum Majapahit
loading...
A
A
A
Prioritas kedua adalah mengajarkan kepada khalayak tentang peninggalan agung dinasti penguasa Majapahit agar dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa dan modal, bagi kepercayaan diri para pemimpin.
Maka pembangunan kuil - kuil dan monumen - monumen nasional yang dipersembahkan kepada para pemimpin bangsa harus dipercepat. Sebagai contoh, sebuah candi unik bernama Candi Jawi, yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanagara.
Yakni menampilkan menara Hindu yang bermahkotakan stupa Buddha. Singkatnya kuil itu mengekspresikan doktrin persatuan yang menyinergikan kedua agama dalam memberikan jalan yang sah menuju ke kenyataan hakiki.
Melalui monumen dan pengajaran, Kerajaan Majapahit perlu menunjukkan secara gamblang bahwa terdapat aliran darah biru yang tak putus dalam diri penguasa yang sekarang, Tribhuwana Tunggadewi yang berasal dari kedua orangtuanya.
Lalu mundur lagi ke Raja Kertanagara dan generasi - generasi raja - raja agung sebelumnya, yang tentunya menitis ke putra Tribhuwana yang masih belia, Hayam Wuruk.
Gajah Mada pun kembali menyambut gembira usulan untuk mengenang ruh sosok-sosok penting yang telah tiada dengan mempercepat pembangunan sederet tempat tetirah yang megah.
Maka pembangunan kuil - kuil dan monumen - monumen nasional yang dipersembahkan kepada para pemimpin bangsa harus dipercepat. Sebagai contoh, sebuah candi unik bernama Candi Jawi, yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanagara.
Yakni menampilkan menara Hindu yang bermahkotakan stupa Buddha. Singkatnya kuil itu mengekspresikan doktrin persatuan yang menyinergikan kedua agama dalam memberikan jalan yang sah menuju ke kenyataan hakiki.
Melalui monumen dan pengajaran, Kerajaan Majapahit perlu menunjukkan secara gamblang bahwa terdapat aliran darah biru yang tak putus dalam diri penguasa yang sekarang, Tribhuwana Tunggadewi yang berasal dari kedua orangtuanya.
Lalu mundur lagi ke Raja Kertanagara dan generasi - generasi raja - raja agung sebelumnya, yang tentunya menitis ke putra Tribhuwana yang masih belia, Hayam Wuruk.
Gajah Mada pun kembali menyambut gembira usulan untuk mengenang ruh sosok-sosok penting yang telah tiada dengan mempercepat pembangunan sederet tempat tetirah yang megah.
(ams)