Kisah Kedekatan Pangeran Diponegoro dengan Raden Ronggo Jadi Inspirasi Perlawanan ke Belanda
loading...
A
A
A
Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam perlawanan terhadap Belanda terinspirasi dari keberanian Raden Ronggo Prawirodirjo III. Sosok ini cucu dari Raden Ronggo Prawirodirjo I yang berperan dalam Perang Gianti, perang Mangkubumi dan pasukan VOC Belanda.
Agaknya keluarga Raden Ronggo Prawirodirjo I memang cukup memiliki pengaruh ketika Perang Jawa antara pasukan Pangeran Diponegoro dengan Belanda. Keluarga Bupati Madiun turun temurun memberikan perlawanan ke Belanda sejak Raden Ronggo Prawirodirjo I.
Bahkan Sentot atau bernama asli Raden Tumenggung Notoprawiro ini menjadi salah satu panglima kavaleri pasukan Pangeran Diponegoro. Sosok Sentot sejak kecil sendiri telah dekat Pangeran Diponegoro.
Sebab ibunya yang meninggal dunia membuatnya diasuh oleh kakak perempuan dari ibu yang berbeda, yakni Raden Ayu Maduretno. Ketika usianya baru 17 tahun pada Agustus 1826, konon Sentot menerima gelar Ali Basah.
Hal itu sebagaimana dikutip dari “Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta: Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun Sekitar 1779 – 1810”. Gelar itu diambil dari istilah Turki “Ali Pasha (al-Basha al- 'Ali/Pasha yang Mulia)”
Atau dari nama Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir (1805-49), gubernur atau wakil (pasha) terkemuka Kesultanan Turki Utsmani awal abad ke-19.13 Sentot menjadi seorang di antara panglima kavaleri Diponegoro yang paling hebat selama Perang Jawa.
Tetapi menyerah kepada Belanda pada 16 Oktober 1829 akibat keadaan militer yang semakin sulit. Sentot, putra Raden Ronggo III lain yang ikut serta mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa adalah Raden Tumenggung Notodirjo.
Kemudian usai 1826 bergelar Basah Iman Muhammad Ngabdulkamil atau "Gusti Basah" meninggal karena terluka dalam pertempuran pada awal Agustus 1828.14 Dukungan perjuangan selama Perang Jawa didasari kedekatan Pangeran Diponegoro dengan keluarga Raden Ronggo.
Agaknya keluarga Raden Ronggo Prawirodirjo I memang cukup memiliki pengaruh ketika Perang Jawa antara pasukan Pangeran Diponegoro dengan Belanda. Keluarga Bupati Madiun turun temurun memberikan perlawanan ke Belanda sejak Raden Ronggo Prawirodirjo I.
Bahkan Sentot atau bernama asli Raden Tumenggung Notoprawiro ini menjadi salah satu panglima kavaleri pasukan Pangeran Diponegoro. Sosok Sentot sejak kecil sendiri telah dekat Pangeran Diponegoro.
Sebab ibunya yang meninggal dunia membuatnya diasuh oleh kakak perempuan dari ibu yang berbeda, yakni Raden Ayu Maduretno. Ketika usianya baru 17 tahun pada Agustus 1826, konon Sentot menerima gelar Ali Basah.
Hal itu sebagaimana dikutip dari “Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta: Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun Sekitar 1779 – 1810”. Gelar itu diambil dari istilah Turki “Ali Pasha (al-Basha al- 'Ali/Pasha yang Mulia)”
Atau dari nama Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir (1805-49), gubernur atau wakil (pasha) terkemuka Kesultanan Turki Utsmani awal abad ke-19.13 Sentot menjadi seorang di antara panglima kavaleri Diponegoro yang paling hebat selama Perang Jawa.
Tetapi menyerah kepada Belanda pada 16 Oktober 1829 akibat keadaan militer yang semakin sulit. Sentot, putra Raden Ronggo III lain yang ikut serta mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa adalah Raden Tumenggung Notodirjo.
Kemudian usai 1826 bergelar Basah Iman Muhammad Ngabdulkamil atau "Gusti Basah" meninggal karena terluka dalam pertempuran pada awal Agustus 1828.14 Dukungan perjuangan selama Perang Jawa didasari kedekatan Pangeran Diponegoro dengan keluarga Raden Ronggo.