Laskar Hizbullah, Pasukan Cadangan Pertempuran Surabaya 10 November yang Dilatih Tentara Jepang
loading...
A
A
A
”Ternyata kakek saya ini tidak sendirian, jumlahnya 500 orang, latihan bergelombang, kakek saya yang gelombang pertama yang dilatih di Cibarusah, yang melatih tentara PETA dan Jepang, dikasih keterampilan bertempur,” terangnya.
Bahkan secara khusus KH. Masjkur juga memberikan pelatihan kepada para santri - santri di pondok pesantren (Ponpes) Bungkuk Singosari, sebelum akhirnya pasukan Hizbullah berangkat ke Surabaya untuk bertempur melawan tentara sekutu.
Total sekitar ada 500 orang pasukan Hizbullah, satu di antaranya adalah KH. Masjkur asal Singosari, Malang.
”Kemudian membuat pasukan Hizbullah dan laskar-laskar lebih kecil lagi di Malang dan sekitarnya. Dari laskar-laskar inilah kiai dan santri melakukan perlawanan ke tentara sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,”bebernya.
Para pasukan Hizbullah dari berbagai daerah di Malang raya dan sekitarnya itu kemudian berkumpul di Masjid Sabilillah Blimbing, sebelum berangkat ke Surabaya. Alasannya kawasan Blimbing dinilai strategis sebagai titik temu dari beberapa pondok - pondok pesantren.
”Karena pertigaan Blimbing itu sangat strategis, arah Tumpang, Pakis lewat situ arah Batu lewat situ, sehingga di Sabilillah itu tempat berkumpulnya tentara laskar Hizbullah untuk menuju ke Surabaya. Sehingga dinamakan masjidnya Masjid Sabilillah,” jelasnya.
Dari situ sekitar 168 pasukan berkumpul di Masjid Sabilillah Malang. Namun pada perjalanan berangkat ke Surabaya pasukan Laskar Hizbullah ini berkembang menjadi banyak orang karena melintasi beberapa pondok pesantren mulai dari Malang, Pasuruan, hingga sampai di Sidoarjo.
”Akhirnya lama-lama menjadi membesar membesar, dan besarnya bisa sampai 500 sampai 1.000 orang, itu berjalan terus akhirnya berkumpullah titik kumpulnya di Surabaya, pemberhentian pertama di sebuah pabrik gula di Sidoarjo,” tutupnya.
Bahkan secara khusus KH. Masjkur juga memberikan pelatihan kepada para santri - santri di pondok pesantren (Ponpes) Bungkuk Singosari, sebelum akhirnya pasukan Hizbullah berangkat ke Surabaya untuk bertempur melawan tentara sekutu.
Total sekitar ada 500 orang pasukan Hizbullah, satu di antaranya adalah KH. Masjkur asal Singosari, Malang.
Baca Juga
”Kemudian membuat pasukan Hizbullah dan laskar-laskar lebih kecil lagi di Malang dan sekitarnya. Dari laskar-laskar inilah kiai dan santri melakukan perlawanan ke tentara sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,”bebernya.
Para pasukan Hizbullah dari berbagai daerah di Malang raya dan sekitarnya itu kemudian berkumpul di Masjid Sabilillah Blimbing, sebelum berangkat ke Surabaya. Alasannya kawasan Blimbing dinilai strategis sebagai titik temu dari beberapa pondok - pondok pesantren.
”Karena pertigaan Blimbing itu sangat strategis, arah Tumpang, Pakis lewat situ arah Batu lewat situ, sehingga di Sabilillah itu tempat berkumpulnya tentara laskar Hizbullah untuk menuju ke Surabaya. Sehingga dinamakan masjidnya Masjid Sabilillah,” jelasnya.
Dari situ sekitar 168 pasukan berkumpul di Masjid Sabilillah Malang. Namun pada perjalanan berangkat ke Surabaya pasukan Laskar Hizbullah ini berkembang menjadi banyak orang karena melintasi beberapa pondok pesantren mulai dari Malang, Pasuruan, hingga sampai di Sidoarjo.
”Akhirnya lama-lama menjadi membesar membesar, dan besarnya bisa sampai 500 sampai 1.000 orang, itu berjalan terus akhirnya berkumpullah titik kumpulnya di Surabaya, pemberhentian pertama di sebuah pabrik gula di Sidoarjo,” tutupnya.
(ams)