Kisah Pemberontakan Pangeran dari Madura, Hancurkan Istana Baru Mataram yang Dibangun Amangkurat I
loading...
A
A
A
Sepasukan tempur dari Madura, dan Jawa Timur, dengan garang dan penuh keberanian menembus dinding-dinding benteng pertahanan Keraton Plered. Keraton megah yang dibangun Raja Amangkurat I, sebagai istana baru Kerajaan Mataram itu hancur lebur.
Sejak Amangkurat I memerintah, Kerajaan Mataram dilanda ketidakstabilan dan huru-hara yang tak kunjung bisa dipadamkan. Kondisi ini membuat Keraton Mataram, terpaksa kembali berpindah tempat ke Kartasura.
Tak hanya itu, puluhan perempuan cantik putri abdi dalem keraton juga diculik. Kehancuran Istana Mataram dicatat sejarah pada tahun 1677 usai pemberontakan Trunajaya, asal Madura. Bangunan-bangunan mewah dan megah luluh lantah, banyak pasukan Mataram yang tewas.
Para pemberontak yang digerakkan oleh Trunajaya dan beberapa kaum bangsawan Jawa Timur, dan Madura, berhasil menguasai Ibu Kota Mataram, Plered. Peri Mardiyono dalam bukunya yang berjudul "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat III" menyebutkan, pemberontakan besar ini memang diotaki oleh Trunajaya.
Sebenarnya pasukan Trunajaya telah terdesak, dan kalah perang oleh pasukan VOC yang dikomandoi Laksamana Cornelis Speelman. Armada VOC mendapat permintaan Amangkurat I yang memiliki hubungan diplomatik dengan VOC Belanda.
Pada April 1677 armada VOC berlayar ke Surabaya, tempat pangkalan Trunajaya. Terjadilah perundingan VOC, Mataram dengan Trunajaya, tetapi gagal berbuah hasil. Peperangan akhirnya terjadi, hingga pasukan Trunajaya bisa dipukul mundur.
Bahkan, pasukan VOC berhasil menguasai Madura, pulau asal Trunajaya, dan menghancurkan kediamannya di sana. Trunajaya dan pasukannya melarikan diri dari Madura ke Surabaya. Kemudian lari lagi ke Kediri, dan mendirikan ibu kota di sana.
Baca Juga
Sejak Amangkurat I memerintah, Kerajaan Mataram dilanda ketidakstabilan dan huru-hara yang tak kunjung bisa dipadamkan. Kondisi ini membuat Keraton Mataram, terpaksa kembali berpindah tempat ke Kartasura.
Tak hanya itu, puluhan perempuan cantik putri abdi dalem keraton juga diculik. Kehancuran Istana Mataram dicatat sejarah pada tahun 1677 usai pemberontakan Trunajaya, asal Madura. Bangunan-bangunan mewah dan megah luluh lantah, banyak pasukan Mataram yang tewas.
Para pemberontak yang digerakkan oleh Trunajaya dan beberapa kaum bangsawan Jawa Timur, dan Madura, berhasil menguasai Ibu Kota Mataram, Plered. Peri Mardiyono dalam bukunya yang berjudul "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat III" menyebutkan, pemberontakan besar ini memang diotaki oleh Trunajaya.
Sebenarnya pasukan Trunajaya telah terdesak, dan kalah perang oleh pasukan VOC yang dikomandoi Laksamana Cornelis Speelman. Armada VOC mendapat permintaan Amangkurat I yang memiliki hubungan diplomatik dengan VOC Belanda.
Pada April 1677 armada VOC berlayar ke Surabaya, tempat pangkalan Trunajaya. Terjadilah perundingan VOC, Mataram dengan Trunajaya, tetapi gagal berbuah hasil. Peperangan akhirnya terjadi, hingga pasukan Trunajaya bisa dipukul mundur.
Bahkan, pasukan VOC berhasil menguasai Madura, pulau asal Trunajaya, dan menghancurkan kediamannya di sana. Trunajaya dan pasukannya melarikan diri dari Madura ke Surabaya. Kemudian lari lagi ke Kediri, dan mendirikan ibu kota di sana.