Banyuwangi Pangkas Anak Putus Sekolah lewat SAS dan Garda Ampuh
loading...
A
A
A
BANYUWANGI - Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi memangkas jumlah anak putus sekolah melalui program Siswa Asuh Sebaya (SAS) dan Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh).
Pada Agustus 2023, jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Banyuwangi mencapai 11.289 anak. Setelah dilakukan berbagai treatment maka per September 2023 jumlahnya menurun menjadi 5.664 anak di berbagai jenjang pendidikan sekolah.
Hal itu terungkap dalam diskusi secara daring mengusung tema Mencegah Anak Putus Sekolah melalui Program Garda Ampuh dan SAS yang digelar Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) pada Kamis (12/10/2023) malam.
“Selain karena kami concern dengan data angka putus sekolah yang masih memprihatinkan, melalui diskusi ini kami harap value berbagi yang menjadi landasan dari program SAS dapat ditiru dan menginspirasi para guru," kata Founder KGSB, Ruth Andriani.
Dia menjelaskan bahwa inti program SAS adalah semangat berbagi yang selaras dengan filosofi KGSB.
Sementara itu, Staf Ahli Dewan Pendidikan Banyuwangi, Lina Kamalin mengakui bahwa tidak semua permasalahan pendidikan mampu ditangani oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Program SAS ini merupakan inovasi yang menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan tangan pemerintah dalam membiayai pendidikan masyarakat,” urainya.
Lina mengungkapkan, sejak dimulai pada 2011, program ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp26,68 miliar dengan penerima manfaat lebih dari 300 ribu peserta didik kurang mampu di Banyuwangi.
Pada Agustus 2023, jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Banyuwangi mencapai 11.289 anak. Setelah dilakukan berbagai treatment maka per September 2023 jumlahnya menurun menjadi 5.664 anak di berbagai jenjang pendidikan sekolah.
Hal itu terungkap dalam diskusi secara daring mengusung tema Mencegah Anak Putus Sekolah melalui Program Garda Ampuh dan SAS yang digelar Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) pada Kamis (12/10/2023) malam.
“Selain karena kami concern dengan data angka putus sekolah yang masih memprihatinkan, melalui diskusi ini kami harap value berbagi yang menjadi landasan dari program SAS dapat ditiru dan menginspirasi para guru," kata Founder KGSB, Ruth Andriani.
Dia menjelaskan bahwa inti program SAS adalah semangat berbagi yang selaras dengan filosofi KGSB.
Sementara itu, Staf Ahli Dewan Pendidikan Banyuwangi, Lina Kamalin mengakui bahwa tidak semua permasalahan pendidikan mampu ditangani oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Program SAS ini merupakan inovasi yang menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan tangan pemerintah dalam membiayai pendidikan masyarakat,” urainya.
Lina mengungkapkan, sejak dimulai pada 2011, program ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp26,68 miliar dengan penerima manfaat lebih dari 300 ribu peserta didik kurang mampu di Banyuwangi.