Mengulas Gelar Mpu dari Masa Kerajaan Nusantara, Apa Istimewanya?
loading...
A
A
A
Mpu atau Empu diidentikkan dengan pembuat keris atau benda pusaka semasa kerajaan - kerajaan. Namun kata mpu sebenarnya merupakan gelar yang diberikan ke seseorang yang mumpuni dan sakti.
Di masa Kerajaan Kediri nama Mpu Bharada menjadi yang dikenal, di masa Kerajaan Singasari nama Mpu Gandring menjadi yang paling dikenal. Mpu Purwa ayah dari Ken Dedes perempuan cantik yang dinikahi oleh Tunggul Ametung, penguasa Tumapel kala itu.
Sosok Mpu Purwa sendiri bukanlah sebagai orang yang membuat keris dan benda pusaka lainnya, tetapi merupakan pendeta pemuka agama, sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan”.
Tetapi siapa sangka sebenarnya gelar mpu bukanlah untuk orang yang membuat keris, melainkan sebagai pemilik atau majikan. Kata mpu sendiri berarti penguasa, majikan, atau pemilik, kata ini pula masih dijumpai di dalam Bahasa Indonesia.
Pada Kerajaan Medang, pengguna gelar mpu tidak harus laki-laki. Misalnya, permaisuri Mpu Sindok menurut data-data prasasti bernama Mpu Kebi. Singasari dan Majapahit, gelar mpu dipakai golongan terhormat namun bukan bangsawan, dan hanya berlaku untuk laki-laki.
Beberapa laki-laki yang mendapat gelar mpu, misalnya Mpu Nambi atau Mpu Sora. Pada zaman Kesultanan Mataram gelar mpu tergeser oleh gelar kyai. Gelar mpu kemudian hanya dipakai oleh para pembuat senjata saja.
Hal ini diperkirakan berasal dari popularitas tokoh Mpu Gandring dalam Pararaton atau Empu Supa dari naskah-naskah babad. Sosok Mpu Gandring di masa Kerajaan Singasari diyakini sebagai pembuat benda pusaka.
Mpu Gandring dikenal memproduk senjata di rumahnya. Ia biasanya menggunakan besi khusus pasokan dari Sofala, Walunggu, untuk memenuhi pesanan senjata dan benda pusaka ini.
Maka tak heran ketika Ken Arok berkunjung ke rumah Mpu Gandring untuk meminta dibuatkan keris dan senjata, rumahnya sedang sepi. Sang pengawal penguasa Tumapel itu pun bertanya ke Gandring, mengapa rumahnya sepi dan tidak tampak aktivitas produksi senjata.
Mpu Gandring pun menjawab bahwa dirinya untuk sementara libur dulu karena tidak ada pasokan besi. Sebab besi yang digunakan olehnya merupakan pasokan khusus dari Sofala, Wulunggu.
Di masa Kerajaan Kediri nama Mpu Bharada menjadi yang dikenal, di masa Kerajaan Singasari nama Mpu Gandring menjadi yang paling dikenal. Mpu Purwa ayah dari Ken Dedes perempuan cantik yang dinikahi oleh Tunggul Ametung, penguasa Tumapel kala itu.
Sosok Mpu Purwa sendiri bukanlah sebagai orang yang membuat keris dan benda pusaka lainnya, tetapi merupakan pendeta pemuka agama, sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan”.
Tetapi siapa sangka sebenarnya gelar mpu bukanlah untuk orang yang membuat keris, melainkan sebagai pemilik atau majikan. Kata mpu sendiri berarti penguasa, majikan, atau pemilik, kata ini pula masih dijumpai di dalam Bahasa Indonesia.
Pada Kerajaan Medang, pengguna gelar mpu tidak harus laki-laki. Misalnya, permaisuri Mpu Sindok menurut data-data prasasti bernama Mpu Kebi. Singasari dan Majapahit, gelar mpu dipakai golongan terhormat namun bukan bangsawan, dan hanya berlaku untuk laki-laki.
Beberapa laki-laki yang mendapat gelar mpu, misalnya Mpu Nambi atau Mpu Sora. Pada zaman Kesultanan Mataram gelar mpu tergeser oleh gelar kyai. Gelar mpu kemudian hanya dipakai oleh para pembuat senjata saja.
Hal ini diperkirakan berasal dari popularitas tokoh Mpu Gandring dalam Pararaton atau Empu Supa dari naskah-naskah babad. Sosok Mpu Gandring di masa Kerajaan Singasari diyakini sebagai pembuat benda pusaka.
Mpu Gandring dikenal memproduk senjata di rumahnya. Ia biasanya menggunakan besi khusus pasokan dari Sofala, Walunggu, untuk memenuhi pesanan senjata dan benda pusaka ini.
Maka tak heran ketika Ken Arok berkunjung ke rumah Mpu Gandring untuk meminta dibuatkan keris dan senjata, rumahnya sedang sepi. Sang pengawal penguasa Tumapel itu pun bertanya ke Gandring, mengapa rumahnya sepi dan tidak tampak aktivitas produksi senjata.
Mpu Gandring pun menjawab bahwa dirinya untuk sementara libur dulu karena tidak ada pasokan besi. Sebab besi yang digunakan olehnya merupakan pasokan khusus dari Sofala, Wulunggu.
(ams)