Cerita Kutukan Keris Sakti Mpu Gandring Milik Ken Arok yang Lenyap di Gunung Kelud
loading...
A
A
A
Keris buatan Mpu Gandring konon memakan korban tujuh orang. Hal ini berdasarkan naskah kuno Pararaton mengenai adanya kutukan susul menyusul sejak Tunggul Ametung digulingkan oleh Ken Arok.
Konon keris sakti buatan Mpu Gandring ini menewaskan beberapa orang, Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, pembantu Anusapati, hingga terakhir. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan tombak.
Pengarang Pararaton konon kurang teliti dalam mewujudkan kelanjutan kutukan Mpu Gandring. Dari tujuh keturunan Ken Arok, termasuk dirinya ternyata hanya Ken Arok saja yang mati oleh keris itu.
Adapun Anusapati adalah anak tiri, sedangkan Tohjaya meskipun anak kandung namun kematiannya akibat tertusuk tombak, bukan terkena keris Mpu Gandring. Konon kutukan keris itu tidak terbukti, hanya enam orang saja yang tewas akibat keris Mpu Gandring.
Dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", enam orang yang tertikam oleh keris sakti yang belum jadi adalah Mpu Gandring sendiri, Kebo Ijo, Tunggul Ametung, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Ken Arok sendiri, selaku pemesan keris itu sendiri.
Hal itu membuktikan kutukan Mpu Gandring sang pembuat keris sakti mengenai tewasnya tujuh keturunan Ken Arok tidak terbukti. Padahal Mpu Gandring menyatakan, bahwa keris yang telah dibuat itu nantinya akan membunuh tujuh keturunan Arok termasuk dirinya sendiri.
Ken Arok tidak peduli dengan kutukan yang dilontarkan oleh Gandring tersebut. Ia kemudian meninggalkan Gandring yang mati bersimbah darah itu dan kembali ke Tumapel, tempat ia menjadi pengawal Tunggul Ametung.
Usai menjadi tumbal beberapa nyawa konon keberadaan keris yang memakan banyak korban, dari para tokoh besar itu tak diketahui. Menurut kisah bahwa keris itu lenyap dalam kawah Gunung Kelud.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa jika keris itu terpendam dalam tanah dan menunggu pemilik barunya.
Konon keris sakti buatan Mpu Gandring ini menewaskan beberapa orang, Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, pembantu Anusapati, hingga terakhir. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan tombak.
Pengarang Pararaton konon kurang teliti dalam mewujudkan kelanjutan kutukan Mpu Gandring. Dari tujuh keturunan Ken Arok, termasuk dirinya ternyata hanya Ken Arok saja yang mati oleh keris itu.
Adapun Anusapati adalah anak tiri, sedangkan Tohjaya meskipun anak kandung namun kematiannya akibat tertusuk tombak, bukan terkena keris Mpu Gandring. Konon kutukan keris itu tidak terbukti, hanya enam orang saja yang tewas akibat keris Mpu Gandring.
Dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", enam orang yang tertikam oleh keris sakti yang belum jadi adalah Mpu Gandring sendiri, Kebo Ijo, Tunggul Ametung, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Ken Arok sendiri, selaku pemesan keris itu sendiri.
Hal itu membuktikan kutukan Mpu Gandring sang pembuat keris sakti mengenai tewasnya tujuh keturunan Ken Arok tidak terbukti. Padahal Mpu Gandring menyatakan, bahwa keris yang telah dibuat itu nantinya akan membunuh tujuh keturunan Arok termasuk dirinya sendiri.
Ken Arok tidak peduli dengan kutukan yang dilontarkan oleh Gandring tersebut. Ia kemudian meninggalkan Gandring yang mati bersimbah darah itu dan kembali ke Tumapel, tempat ia menjadi pengawal Tunggul Ametung.
Usai menjadi tumbal beberapa nyawa konon keberadaan keris yang memakan banyak korban, dari para tokoh besar itu tak diketahui. Menurut kisah bahwa keris itu lenyap dalam kawah Gunung Kelud.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa jika keris itu terpendam dalam tanah dan menunggu pemilik barunya.
(ams)