Siasat Kesultanan Demak Kuasai Pelabuhan Strategis di Jawa untuk Penyebaran Islam
loading...
A
A
A
DEMAK - Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak menjadi kerajaan pertama di luar pengaruh Hindu-Buddha usai Kerajaan Majapahit berkuasa. Lokasi ibu kota kerajaan yang berada di geografis strategis di daerah Jawa bagian tengah.
Pusat pemerintahan di daerah Bintoro di muara sungai yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas dikelilingi perairan laut Muria. Bintoro yang menjadi pusat Kesultanan Demak yang terletak antara Bergola dan Jepara.
Di mana Bergola adalah sebuah pelabuhan yang penting pada masa Kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang menjadi pelabuhan yang penting bagi Kesultanan Demak.
Hal itu sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Kesultanan Demak: Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Jawa dari Kejayaan Hingga Keruntuhan”.
Kehidupan masyarakat Kesultanan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur, serta keadaan Majapahit yang sudah hancur.
Maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa.Tentu memiliki peran penting dalam rangka menyebarkan agama Islam. Khususnya di pulau Jawa. Karena Demak berhasil menggantikan peran Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis.
Kesultanan Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Glagahwangi, yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Awal berdirinya Kesultanan Demak dimulai dari runtuhnya Kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Penyebabnya karena perang saudara sehingga wilayah kekuasaannya memisahkan diri.
Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri.
Berkembangnya Islam di Demak, menyebabkan Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Kesultanan Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Pusat pemerintahan di daerah Bintoro di muara sungai yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas dikelilingi perairan laut Muria. Bintoro yang menjadi pusat Kesultanan Demak yang terletak antara Bergola dan Jepara.
Di mana Bergola adalah sebuah pelabuhan yang penting pada masa Kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang menjadi pelabuhan yang penting bagi Kesultanan Demak.
Hal itu sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Kesultanan Demak: Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Jawa dari Kejayaan Hingga Keruntuhan”.
Kehidupan masyarakat Kesultanan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur, serta keadaan Majapahit yang sudah hancur.
Maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa.Tentu memiliki peran penting dalam rangka menyebarkan agama Islam. Khususnya di pulau Jawa. Karena Demak berhasil menggantikan peran Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis.
Kesultanan Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Glagahwangi, yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Awal berdirinya Kesultanan Demak dimulai dari runtuhnya Kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Penyebabnya karena perang saudara sehingga wilayah kekuasaannya memisahkan diri.
Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri.
Berkembangnya Islam di Demak, menyebabkan Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Kesultanan Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(ams)