Misteri Pernikahan Politik Raden Wijaya dengan 4 Putri Cantik Raja Singasari

Selasa, 26 September 2023 - 09:26 WIB
loading...
Misteri Pernikahan Politik Raden Wijaya dengan 4 Putri Cantik Raja Singasari
Sebelum mendirikan Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya merupakan menantu raja terakhir dari Kerajaan Singasari, Kertanegara. Tak hanya satu, Raden Wijaya langsung menikahi empat putri Kertanegara. Foto/Instagram @ainusantara
A A A
Raja Singasari, Kertanegara tercatat sebagai raja terakhir dari kerajaan yang didirikan Ken Arok di lereng timur Gunung Arjuna. Raja Kertanegara yang melahirkan konsep Nusantara dengan menggelar ekspedisi Pamalayu, memiliki menantu Raden Wijaya.



Raden Wijaya, merupakan satu-satunya menantu Kertanegara. Tak hanya satu, pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit tersebut, langsung menikahi empat putri Kertanegara.



Ada tujuan tertentu ketika Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanagara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singasari. Pernikahan ini tak melulu soal cinta, ada tujuan meneruskan Wangsa Rajasa demi kokohnya wangsa ini.



Sementara satu istri dinikahi raja pertama Kerajaan Majapahit tersebut, adalah putri raja Melayu yang dipersembahkan ke Singasari. Keempat putri cantik yang langsung dinikai Raden Wijaya itu, adalah Tri Bhuana, Dyah Duhita, Pradnya Paramita, dan Dyah Gayatri.

Perkawinan Raden Wijaya dengan empat putri Kertanegara ini, termuat dalam Kakawin Negarakertagama pada pupuh 46/1. Sosok Raden Wijaya yang disebut Raja Kertarajasa Jayawardhana dalam Kakawin Negarakertagama, tentunya sosok yang sangat istimewa karena bisa langsung menikahi empat putri raja.

Bunyi pada kakawin Negarakertagama, sebagaimana dikutip dari buku "Arya Wiraja dan Lamajang Tigang Juru" karya Mansur Hidayat, adalah: "Ndan Sang Sri Parameswari Tri Bhuwana nama Graja Nindita, Tansah Dyah Duhita Prakasita Mahadewyanulus Ring Hajong, Prajna Paramitkya Sang, Maka Jayendra Dewyanindyeng Raras, Dyah Gayatryanuraga Wungsu Pinakadin Raja Patning Puri".



Arti dari kutiban tersebut adalah: "Adapun sang Parameswari Tribuana yang sulung cantik tanpa cela, tiada lain Dyah Duhita tersohor wanita rupawan tiada tara, Pradnya Paramita mengagumkan bagai menandingi Dewi Saci dalam kecantikan, yang bungsu Dyah Gayatri amat dikasihi sebagai permaisuri terkemuka".

Keterangan itu kemudian disokong oleh Prasasti Penanggungan (1296), dan prasasti berangka tahun 1305. Pada prasasti terakhir ini dijelaskan sifat-sifat dari empat putri Kertanagara tersebut. Putri tertua, Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari merupakan seorang putri yang ulung dalam permainan kata (mahalalita).

Hal ini bisa dimaklumi, sebagai seorang putri sulung dan putri mahkota Singasari. Dia merupakan janda dari Nararya Ardharaja turut pula dipersunting supaya tidak dapat dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Wangsa Rajasa.



Putri kedua adalah Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, merupakan istri pertama Raden Wijaya, bahkan saat Kertanagara masih hidup dan memerintah. Sosoknya merupakan perempuan yang setia terhadap Raden Wijaya.

Putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamitha, merupakan seorang putri yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sedangkan putri keempat atau si bungsu, yakni Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri merupakan seorang putri yang sangat cantik dan paling dikasihi oleh sang raja Raden Wijaya.

Hal ini kemudian memperkuat kedudukan sang raja Kertarajasa Jayawardhana, yang tidak ingin Wangsa Sinelir saingannya bangkit kembali. Sedangkan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Raja Melayu Dharmacraya, sang raja mengambil istri bernama Dara Petak, yang merupakan putri dari Melayu, dan dibawa Senopati Kebo Anabrang ke tanah Jawa.



Namun sebagai akibat dari perkawinan lima orang putri utama ini, terjadi penentangan ketika sang raja meninggal dunia, dan telah menetapkan putranya yang bernama Sri Jayanagara untuk menjadi Raja Majapahit.

Jayanagara menjadi pewaris tahta Kerajaan Majapahit, usai Raden Wijaya mangkat. Jayanagara sendiri sudah diangkat sebagai putra mahkota yang dilakukan pada tahun 1296, sesuai dengan Prasasti Penanggungan.

Namun usai Raden Wijaya meninggal, pendukung Wangsa Rajasa banyak yang menolak pengangkatannya. Hal ini pula yang akhirnya memicu sejumlah pergolakan dan pemberontakan di Majapahit.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1606 seconds (0.1#10.140)