Kisah Serangan Sunda ke Wilayah Kerajaan Majapahit usai Perang Bubat

Rabu, 08 Mei 2024 - 06:14 WIB
loading...
Kisah Serangan Sunda ke Wilayah Kerajaan Majapahit usai Perang Bubat
Kerajaan Majapahit konon mendapat serangan balik dari Sunda. Serangan ini sebagai balasan atas kematian raja dan pejabat istana Sunda. Foto/Ilustrasi/Ist/FB @thelostofmajapahit
A A A
Kerajaan Majapahit konon mendapat serangan balik dari Sunda. Serangan ini sebagai balasan atas kematian raja dan pejabat istana Sunda. Kematian para pejabat penting itu nyaris membuat Kerajaan Sunda runtuh sebelum pemerintahannya dilanjutkan oleh Patih Mangkubumi Hyang Bunisora.

Sang Patih itu pula yang akhirnya mengisi kekosongan jabatan dari Raja Sunda. Tak pelak sang Patih Mangkubumi itu langsung memberikan instruksi khusus kepada rakyatnya agar tidak boleh menikah dengan orang Jawa.

Sang raja mengeluarkan peraturan esti larangan ti kaluaran yang isinya di antaranya tidak boleh menikah dengan luar lingkungan kerabat Sunda atau dengan pihak timur dari Kerajaan Sunda, Kerajaan Majapahit, sebagaimana dikutip dari "Perang Bubat 1279 Saka : Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit".

Bahkan konon ada satu kisah yang tertuliskan di Prasasti Horren, yang ditemukan di wilayah Kediri selatan, yang saat ini tepatnya berada di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung. Wilayah Horren ini merupakan salah satu wilayah penting Kerajaan Majapahit kalau itu.



Prasasti yang ada di atas lembar keping tembaga berukuran panjang 32,6 sentimeter dan lebar 10,6 sentimeter, yang dikeluarkan pasca Perang Bubat tahun 1357. Pada prasasti tersebut mencatat perihal serangan Kerajaan Sunda, yang menghancurkan wilayah Horren yang merupakan wilayah penting di Majapahit.

Prasasti tersebut dikeluarkan pasca Perang Bubat pada tahun 1357, dan oleh peneliti sejarah asal Belanda W.F. Stutterheim pun memiliki persepsi bahwa selepas Perang Bubat, Kerajaan Sunda melakukan serangan terhadap Majapahit. Tetapi tidak dijelaskan waktu itu Sunda di bawah pemerintahan Prabu Bunisora Suradipati atau Niskala Wastu Kancana.

Dugaan peneliti asal Belanda bahwa Prasasti Horren tersebut menceritakan perihal serangan Sunda terhadap Majapahit, mengacu pada petikan kalimat yang tertulis dengan menggunakan gaya bahasa pada era Majapahit : Ring kaharadara, nguniweh an dadyan tumangga - tangga datang nikanang catru Sunda, atau yang diartikan tentang kerusakan yang tiba-tiba, lagi pula secara mendadak datanglah musuh (dari) Sunda.

Stutterheim berpendapat bahwa serangan Sunda itu dilakukan dengan teknik senyap, dan langsung menyasar pada jantung kota raja Majapahit. Mengingat tentara Sunda mendarat dengan tiba-tiba di Horren, yaitu di wilayah utara Kadiri, yang letaknya tak terlalu jauh dari kota raja Majapahit. Suatu wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan.

Pendapat tersebut memang bisa diterima logika, serangan Sunda bisa meluluhlantakkan wilayah Horren, karena Hayam Wuruk mempensiunkan Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada secara halus. Hal ini membuat pasukan Bhayangkara yang berada di bawah kendali Gajah Mada mulai melemah. Sehingga Majapahit dengan angkatan darah dan lautnya dibuat kerepotan saat menghadap serangan Kerajaan Sunda.

Tetapi serangan balasan Sunda ke Majapahit ini masih menjadi misteri. Para sejarawan menentang pendapat Stutterheim itu, mereka beranggapan Sunda tidak pernah menyerang Majapahit. Mengingat Perang Bubat dikisahkan pada Kidung Sundayana, Kidung Sunda, Serat Pararaton, Carita Parahyangan, Babad Dalem, dan Hikayat Sang Bima, meragukan itu.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4054 seconds (0.1#10.140)