Siu Ban Ci, Selir Prabu Brawijaya Dari China yang Mengubah Sejarah Jawa

Jum'at, 22 September 2023 - 05:34 WIB
loading...
Siu Ban Ci, Selir Prabu Brawijaya Dari China yang Mengubah Sejarah Jawa
Candi Gapura I menjadi saksi bisu kejayaan Majapahit, yang terletak di sisi timur Gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahanjowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
Prabu Brawijaya yang diduga merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit, jatuh cinta pada pandangan pertama, saat menatap gadis cantik bernama Siu Ban Ci. Gadis muslim berdarah China tersebut, datang ke Istana Majapahit untuk menemani ayahnya, Syekh Betong atau Tan Go Hwat.



Syekh Betong yang juga dikenal dengan nama Kyai Betong, datang menghadap Prabu Brawijaya di Istana Majapahit, untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling. Syekh Bentong merupakan saudagar kaya, yang juga ulama besar.



Saat menghadap ke Prabu Brawijaya, Syekh Bentong juga membawa berbagai seserahan, yakni batu giok dari China, kain sutra, keramik Tiongkok, dupa, dan mutiara. Tetapi, bukan seserahan itu yang membuat Prabu Brawijaya tertarik, melainkan dia terpikat oleh kecantikan Siu Ban Ci.



Diam-diam, permaisuri Kerajaan Majapahit, Dewi Amarawati atau Putri Champa menaruh rasa cemburu saat menyaksikan Prabu Brawijaya mulai terpikat dengan Siu Ban Ci. Di tengah gemuruh rasa cemburu sang permaisuri, Prabu Brawijaya justru mempersilahkan Syekh Bentong bersama putrinya beristirahat di Puri Kanuruhan.

Setelah beristirahat semalam di Puri Kanuruhan, Syekh Batong dipanggil untuk menghadap kembali kepada Prabu Brawijaya. Saat itulah, penguasa Majapahit itu menyampaikan niatnya untuk meminta putri Syekh Betong, Siu Ban Ci menjadi garwa ampeyan atau istri selirnya.

Permintaan langsung dari Prabu Brawijaya itu, ternyata mendapatkan persetujuan dari Syekh Bentong. Bahkan, Siu Ban Ci akhirnya juga dibawa serta untuk menghadap Prabu Brawijaya. Kedatangan Siu Ban Ci ke Istana Majapahit, dibawa menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan.

Prabu Brawijaya sangat mencitai Siu Ban Ci, kondisi ini semakin membuat Dewi Amarawati dibakar cemburu dan amarah. Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan, saat Dewi Amarawati belum juga memiliki keturunan, ternyata Siu Ban Ci justru sudah hamil dari buah cintanya dengan Prabu Brawijaya.

Kehamilan Si Ban Ci semakin memperburuk hubungannya dengan Amarawati. Bahkan, secara terang-terangan Amarawati meminta Prabu Brawijaya untuk menceraikan Siu Ban Ci. Cinta yang sudah tumbuh di hati Prabu Brawijaya, tak dapat dipadamkan.



Prabu Brawijaya tak mampu menolak permintaan Permaisuri Amarawati. Siu Ban Ci akhirnya di kirim ke Palembang, dalam kondisi hamil tiga bulan. Siu Ban Ci dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.

Palembang kala itu masih masuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di wilayah tersebut, juga sangat banyak penduduk asal China. Dengan menitipkan ke Arya Damar, Prabu Brawijaya berharap, Siu Ban Ci lebih betah hidup di Palembang.

Arya Damar merupakan putra Raja Majapahit, Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir yang juga berdarah China. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Prabu Brawijaya, memiliki nama asli Swan Liong.

Prabu Brawijaya akhirnya melepas kepergian wanita yang sangat dicintainya ke Palembang, dan merelakan Arya Damar menikahi Siu Ban Ci. Prabu Brawijaya memberi syarat kepada Arya Damar, agar Siu Ban Ci tidak diapa-apakan sebelum anak buah cintanya lahir.

Bahkan, Prabu Brawijaya juga meminta agar bayi yang ada dalam kandungan Siu Ban Ci diberi nama Naraprakosa ketika kelak lahir di dunia. Nama Naraprakosa dipilih Prabu Brawijaya, karena memiliki arti laki-laki perkasa.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0846 seconds (0.1#10.140)