Sejarah dan Asal-usul Binjai, Kota di Sumatera Utara yang Terkenal
loading...
A
A
A
Semangat perjuangan datuk dan masyarakat terus berlanjut, dan pada tanggal 24 Oktober 1872, Belanda berhasil menangkap Datuk Kocik, Datuk Jalil, dan Suling Barat, kemudian mengasingkannya.
Para Datuk itu kemudian dibuang ke Cilacap, Jawa Tengah pasca pertempuran hebat dengan Belanda.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia yang dimulai pada tahun 1942, kepemimpinan di Binjai dipegang oleh Kagujawa, yang memimpin daerah tersebut selama dua tahun. Setelah itu, pada tahun 1944 hingga 1945, peranan kepemimpinan diambil alih oleh J Runnanbi, yang menjadi ketua Dewan Eksekutif.
Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kepemimpinan pemerintahan Binjai dipegang oleh RM Ibnu.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, T Amir Hamzah diangkat menjadi Residen Langkat oleh Komite Nasional.
Seiring perkembangan waktu, Kota Binjai berkembang menjadi salah satu wilayah tingkat II di Provinsi Sumatera Utara. Setelah diadopsinya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1986, luas wilayah Kota Binjai diperluas menjadi 90,23 km persegi.
Para Datuk itu kemudian dibuang ke Cilacap, Jawa Tengah pasca pertempuran hebat dengan Belanda.
Era Jepang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia yang dimulai pada tahun 1942, kepemimpinan di Binjai dipegang oleh Kagujawa, yang memimpin daerah tersebut selama dua tahun. Setelah itu, pada tahun 1944 hingga 1945, peranan kepemimpinan diambil alih oleh J Runnanbi, yang menjadi ketua Dewan Eksekutif.
Era Pasca Kemerdekaan Indonesia
Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kepemimpinan pemerintahan Binjai dipegang oleh RM Ibnu.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, T Amir Hamzah diangkat menjadi Residen Langkat oleh Komite Nasional.
Seiring perkembangan waktu, Kota Binjai berkembang menjadi salah satu wilayah tingkat II di Provinsi Sumatera Utara. Setelah diadopsinya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1986, luas wilayah Kota Binjai diperluas menjadi 90,23 km persegi.
(okt)