Kisah Kesaktian 4 Patih Kepercayaan Kertajaya, Raja Terakhir Kerajaan Kediri
loading...
A
A
A
Kertajaya merupakan raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Pemerintahannya luluh lantak usai diserang pasukan Tumapel yang dikomandoi Ken Arok. Namun jauh sebelum itu ketika berkuasa, Kertajaya memiliki pengaruh kuat di Daha dan Kerajaan Kediri.
Sosoknya naik tahta pada 1188, bergelar Sri Maharaja Kertajaya, yang berjuluk Dandang Gendhis. Konon saat memerintah itulah ia dibantu empat orang kepercayaannya yakni mahapatih bernama Mahisa Walungan, yang merupakan adik kandung Kertajaya sendiri.
Ia juga memiliki penasehat spiritual bernama Mpu Tanakung. Dua orang lain sebagaimana merujuk pada ‘Babad Tanah Djawi’ karya Soedjipto Abimanyu adalah Gubar Baleman dan Arya Pulung yang bergelar Tunggul Ametung.
Tetapi tidak diketahui apa peran sentral keduanya di istana Kerajaan Kediri. Namun yang jelas sosok Tunggul Ametung inilah yang akhirnya dipercaya Kertajaya mengisi jabatan sebagai akuwu di Tumapel usai sejumlah kerusuhan melanda.
Nama Tunggul Ametung hanya dijumpai dalam naskah Pararaton yang dikarang ratusan tahun sesudah zaman Kediri dan Singasari. Pada zaman itu, jabatan akuwu mungkin setara dengan camat pada masa sekarang.
Konon kerusuhan yang kerap terjadi di Akuwu Tumapel berhasil diredam oleh Tunggul Ametung. Setelah Tunggul Ametung berhasil meredakan kerusuhan di Tumapel, akhirnya Kertajaya mengangkat Tunggul Ametung menjadi Akuwu di Tumapel.
Tunggul Ametung mulai menata kembali Tumapel seperti sediakala. Bahkan, ada beberapa terobosan yang dilakukan oleh Tunggul Ametung di Tumapel, seperti melegalkan perjudian dan menjadikan Kutaraja sebagai sentra perdagangan.
Sehingga, Tumapel menjadi semakin terkenal dan disegani oleh daerah-daerah taklukan Kediri yang lain. Bahkan, bukan itu saja, Tunggul Ametung juga membangun istana di Tumapel yang diberi nama Pakuwon.
Sosoknya naik tahta pada 1188, bergelar Sri Maharaja Kertajaya, yang berjuluk Dandang Gendhis. Konon saat memerintah itulah ia dibantu empat orang kepercayaannya yakni mahapatih bernama Mahisa Walungan, yang merupakan adik kandung Kertajaya sendiri.
Ia juga memiliki penasehat spiritual bernama Mpu Tanakung. Dua orang lain sebagaimana merujuk pada ‘Babad Tanah Djawi’ karya Soedjipto Abimanyu adalah Gubar Baleman dan Arya Pulung yang bergelar Tunggul Ametung.
Tetapi tidak diketahui apa peran sentral keduanya di istana Kerajaan Kediri. Namun yang jelas sosok Tunggul Ametung inilah yang akhirnya dipercaya Kertajaya mengisi jabatan sebagai akuwu di Tumapel usai sejumlah kerusuhan melanda.
Nama Tunggul Ametung hanya dijumpai dalam naskah Pararaton yang dikarang ratusan tahun sesudah zaman Kediri dan Singasari. Pada zaman itu, jabatan akuwu mungkin setara dengan camat pada masa sekarang.
Konon kerusuhan yang kerap terjadi di Akuwu Tumapel berhasil diredam oleh Tunggul Ametung. Setelah Tunggul Ametung berhasil meredakan kerusuhan di Tumapel, akhirnya Kertajaya mengangkat Tunggul Ametung menjadi Akuwu di Tumapel.
Baca Juga
Tunggul Ametung mulai menata kembali Tumapel seperti sediakala. Bahkan, ada beberapa terobosan yang dilakukan oleh Tunggul Ametung di Tumapel, seperti melegalkan perjudian dan menjadikan Kutaraja sebagai sentra perdagangan.
Sehingga, Tumapel menjadi semakin terkenal dan disegani oleh daerah-daerah taklukan Kediri yang lain. Bahkan, bukan itu saja, Tunggul Ametung juga membangun istana di Tumapel yang diberi nama Pakuwon.