Sejarah dan Asal Usul Nama Kota Yogyakarta, Berawal dari Perjanjian Giyanti

Kamis, 22 Juni 2023 - 17:00 WIB
loading...
Sejarah dan Asal Usul Nama Kota Yogyakarta, Berawal dari Perjanjian Giyanti
Kota Yogyakarta atau yang biasa dikenal dengan sebutan Jogja merupakan Ibu Kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Foto DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kota Yogyakarta atau yang biasa dikenal dengan sebutan Jogja merupakan Ibu Kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kota tersebut sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian wilayah.

Kota yang terletak di daerah istimewa ini memang terkenal akan sejarahnya. Salah satu sejarah yang paling dikenang di Kota ini adalah ketika terpilihnya Yogyakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia pada tahun 1949.

Selain sejarah panjang, nama Yogyakarta rupanya juga memiliki asal-usulnya tersendiri. Sama halnya seperti daerah-daerah lain di Indonesia.


Asal Usul Nama Kota Yogyakarta

Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Dilansir dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, atau Yogya yang makmur.

Sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana.

Sejarah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta tak lepas dari Perjanjian Giyanti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal Jacob Mossel dari Belanda.



Perjanjian itu berisikan tentang pembagian wilayah Kesultanan Mataram, dimana wilayah Mataram bagian timur masih menjadi milik Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana III kala itu, dan bagian barat menjadi hak Pangeran Mangkubumi.

Pangeran Mangkubumi akhirnya diakui menjadi Raja pada wilayah tersebut dengan Gelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Sebagai orang yang berkuasa, Sultan Hamengkubuwana I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama "Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat".

Sampai pada tanggal 7 Oktober 1756, tibalah peristiwa bersejarah terkait pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta di keraton baru, bernama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Hari inilah yang sampai saat ini diperingati sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta.

Hari jadi tersebut diwujudkan pula dengan surya sengkala Dwi Naga Rasa Tunggal, yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi.

Maknanya sendiri berkaitan dengan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun, Sengkalan tersebut juga ditandai dengan adanya sengkalan memet berbentuk relief dua ekor ular naga yang kini masih ada di Regol Gadhung Mlathi Keraton Yogyakarta.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1395 seconds (0.1#10.140)