Kisah Mistis Krite, Gurita Raksasa Penjaga Pantai Syota Maluku
loading...
A
A
A
MALUKU BARAT DAYA - Pesona alam bumi Maluku yang luar biasa ternyata menyimpan banyak cerita mistis dan legenda yang hidup di masyarakatnya. Salah satunya di Pantai Syota, Desa Klis, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya.
Masyarakat sekitar Pantai Syota meyakini, sampai sekarang ada gurita raksasa yang menunggu pantai tersebut. Dua ekor gurita raksasa yang disebut warga setempat Krite, itu berada di Tanjung Barat dan Tanjung Timur Pantai Syota.
Diceritakan warga, setiap bulan purnama, dua ekor gurita raksasa yang berjenis kelamin jantan dan betina itu keluar dan bertemu, persis di tengah pantai yang berdekatan dengan permukiman nelayan Dusun Syota.
"Dua gurita raksasa itu bertemu untuk kawin. Sebelum kemunculannya biasanya ada angin kencang dan gelombang laut yang sangat besar," tutur Edy Kewuri, 45, Kepala Dusun Syota, Kamis (15/6/2023).
Edy mengatakan, kendati gurita raksasa tersebut ukurannya sebesar rumah dan nampak menakutkan, sampai sekarang belum pernah ada kejadian warga sekitar yang menjadi korban.
"Karena warga juga sudah paham, kalau cuaca buruk mereka tidak melaut. Jadi secara tidak langsung kemunculan gurita raksasa itu tujuan untuk mengingatkan warga agar tidak melaut, karena cuaca buruk," ujar Edy.
Masih menurut Edy, karena dijaga dua gurita raksasa itu pula, membuat pantai Syota aman dari gangguan apapun, baik gangguan alam maupun dari manusia-manusia yang punya niat hendak merusak keindahan alam dan ketenangan warga Dusun Syota.
"Makanya orang-orang pada senang mengunjungi Pantai Syota. Apalagi kalau hari libur, pengunjung memadati hampir seluruh bibir pantai," tukasnya.
Tak lupa Edy berharap, ke depan para pihak terkait bisa lebih memerhatikan kemajuan Pantai Syota, terutama infrastruktur berupa jalan aspal dan lampu penerangan sepanjang bibir pantai. Termasuk sarana penginapan, toilet, tempat berjualan, arena permainan, dan lain-lain.
Saat malam hari, lanjut Edy, Pantai Syota gelap sekali karena tak ada penerangan. Sementara saat sore hingga malam sekitar jam 9 malam masih banyak pengunjungnya.
"Tapi karena gelap, pengunjung terpaksa pulang. Coba kalau ada penerangan, bisa jadi banyak pengunjung yang bermalam di pantai, berkemah atau menginap di rumah-rumah warga. Kan menambah penghasilan juga buat warga," pungkas Edy.
Masyarakat sekitar Pantai Syota meyakini, sampai sekarang ada gurita raksasa yang menunggu pantai tersebut. Dua ekor gurita raksasa yang disebut warga setempat Krite, itu berada di Tanjung Barat dan Tanjung Timur Pantai Syota.
Diceritakan warga, setiap bulan purnama, dua ekor gurita raksasa yang berjenis kelamin jantan dan betina itu keluar dan bertemu, persis di tengah pantai yang berdekatan dengan permukiman nelayan Dusun Syota.
"Dua gurita raksasa itu bertemu untuk kawin. Sebelum kemunculannya biasanya ada angin kencang dan gelombang laut yang sangat besar," tutur Edy Kewuri, 45, Kepala Dusun Syota, Kamis (15/6/2023).
Edy mengatakan, kendati gurita raksasa tersebut ukurannya sebesar rumah dan nampak menakutkan, sampai sekarang belum pernah ada kejadian warga sekitar yang menjadi korban.
"Karena warga juga sudah paham, kalau cuaca buruk mereka tidak melaut. Jadi secara tidak langsung kemunculan gurita raksasa itu tujuan untuk mengingatkan warga agar tidak melaut, karena cuaca buruk," ujar Edy.
Baca Juga
Masih menurut Edy, karena dijaga dua gurita raksasa itu pula, membuat pantai Syota aman dari gangguan apapun, baik gangguan alam maupun dari manusia-manusia yang punya niat hendak merusak keindahan alam dan ketenangan warga Dusun Syota.
"Makanya orang-orang pada senang mengunjungi Pantai Syota. Apalagi kalau hari libur, pengunjung memadati hampir seluruh bibir pantai," tukasnya.
Tak lupa Edy berharap, ke depan para pihak terkait bisa lebih memerhatikan kemajuan Pantai Syota, terutama infrastruktur berupa jalan aspal dan lampu penerangan sepanjang bibir pantai. Termasuk sarana penginapan, toilet, tempat berjualan, arena permainan, dan lain-lain.
Saat malam hari, lanjut Edy, Pantai Syota gelap sekali karena tak ada penerangan. Sementara saat sore hingga malam sekitar jam 9 malam masih banyak pengunjungnya.
"Tapi karena gelap, pengunjung terpaksa pulang. Coba kalau ada penerangan, bisa jadi banyak pengunjung yang bermalam di pantai, berkemah atau menginap di rumah-rumah warga. Kan menambah penghasilan juga buat warga," pungkas Edy.
(shf)