Cerita Mistis Raja Pajang Sultan Hadiwijaya Dikalahkan Pasukan Gaib Mataram Pimpinan Panembahan Senopati
loading...
A
A
A
RAJA Pajang Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir yang berkuasa pada 1568-1583 M pernah mengalami kekalahan dalam pertempuran melawan Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Panembahan Senopati. Pertempuran antara ayah dengan anak angkat ini berlangsung singkat namun menyimpan cerita mistis.
Kerajaan Mataram dikisahkan mengerahkan pasukan gaib hingga berhasil mengalahkan prajurit Kerajaan Pajang.
Panembahan Senopati saat itu meminta bantuan makhluk gaib yang menimbulkan gejolak alam dan membuat Pasukan Pajang kalah dalam pertempuran yang berlangsung di Prambanan, perbatasan DIY dengan Jawa Tengah saat ini.
Padahal secara jumlah kekuatan pasukan pertempuran di Prambanan, Kerajaan Pajang lebih banyak mengerahkan pasukan daripada Mataram. Kekalahan ini membuat sang Sultan Pajang melarikan diri dari kejaran musuh.
Berdasarkan tulisan De Graaf dalam bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", dikisahkan bagaimana sang Sultan Pajang yang dikenal kesaktiannya dan digdaya akhirnya memilih melarikan diri ke kawasan Tembayat yang keramat pascapertempuran dengan Mataram.
Kisah itu juga disebut di Babad Tanah Djawi yang mengisahkan Sultan Pajang terpaksa melarikan diri dan ingin berdoa di Makam Tembayat, tetapi pintu makam tidak dapat dibuka.
Dalam Serat Kandha, kisah pelarian Sultan Pajang usai kekalahan pertempuran melawan tentara gaib Mataram ini dijelaskan lebih singkat.
Pada pelariannya ke Tembayat membuat Raja Pajang berusaha membuka pintu makam, tetapi sia-sia. Karena itu ia memanjatkan doa di luar.
Sultan Hadiwijaya memiliki firasat tentang akan berakhirnya pemerintahannya dan hidupnya. Firasat itu di antaranya jatuhnya raja dari gajah yang ditungganginya disebabkan oleh binalnya hewan itu.
Raja akhirnya melanjutkan perjalanannya di atas tandu. Dengan demikian, terdapat perbedaannya yang besar setelah itu.
Kerajaan Mataram dikisahkan mengerahkan pasukan gaib hingga berhasil mengalahkan prajurit Kerajaan Pajang.
Panembahan Senopati saat itu meminta bantuan makhluk gaib yang menimbulkan gejolak alam dan membuat Pasukan Pajang kalah dalam pertempuran yang berlangsung di Prambanan, perbatasan DIY dengan Jawa Tengah saat ini.
Padahal secara jumlah kekuatan pasukan pertempuran di Prambanan, Kerajaan Pajang lebih banyak mengerahkan pasukan daripada Mataram. Kekalahan ini membuat sang Sultan Pajang melarikan diri dari kejaran musuh.
Berdasarkan tulisan De Graaf dalam bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", dikisahkan bagaimana sang Sultan Pajang yang dikenal kesaktiannya dan digdaya akhirnya memilih melarikan diri ke kawasan Tembayat yang keramat pascapertempuran dengan Mataram.
Kisah itu juga disebut di Babad Tanah Djawi yang mengisahkan Sultan Pajang terpaksa melarikan diri dan ingin berdoa di Makam Tembayat, tetapi pintu makam tidak dapat dibuka.
Baca Juga
Dalam Serat Kandha, kisah pelarian Sultan Pajang usai kekalahan pertempuran melawan tentara gaib Mataram ini dijelaskan lebih singkat.
Pada pelariannya ke Tembayat membuat Raja Pajang berusaha membuka pintu makam, tetapi sia-sia. Karena itu ia memanjatkan doa di luar.
Sultan Hadiwijaya memiliki firasat tentang akan berakhirnya pemerintahannya dan hidupnya. Firasat itu di antaranya jatuhnya raja dari gajah yang ditungganginya disebabkan oleh binalnya hewan itu.
Raja akhirnya melanjutkan perjalanannya di atas tandu. Dengan demikian, terdapat perbedaannya yang besar setelah itu.