Kisah Akhir Hidup Jaka Tingkir Perang dengan Anak Angkatnya Sutawijaya
loading...
A
A
A
RAJA Pajang Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya di akhir hidupnya berseteru dan perang dengan anak angkatnya, Sutawijaya, Raja Mataram bergelar Panembahan Senopati.
Jaka Tingkir sewaktu kecil dipanggil dengan nama Mas Karebet. Dalam kitab Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa saat lahir ada pertunjukan wayang di rumahnya yang berada di kawasan Pengging, Lereng Gunung Merapi. Dia merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.
Jaka Tingkir yang memiliki ilmu beladiri dan kesaktian kemudian memutuskan untuk mengabdi ke Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin Sultan Trenggono.
Dalam perjalanan menuju Demak, Jaka Tingkir menggunakan rakit dari bambu dan harus menyeberangi sungai yang salah satu daerahnya disebut Kedung Srengenge.
Saat itu Jaka Tingkir dihadang sekawanan buaya penghuni Kedung Srengege yang jumlahnya kurang lebih 40 eko. Namun berkat kesaktian dan kekuatan gaib dari timang ikat pinggang Kiai Bajulgiling pemberian Ki Buyut Banyubiru, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan kawanan buaya tersebut.
Buaya yang semula buas beringas seketika menjadi lemah dan akhirnya tunduk pada Jaka Tingkir. Bahkan empat puluh buaya ekor buaya itu menjadi pengawal perjalanan Jaka Tingkir selama menyebrangi Kedung Srengenge dengan berenang di kiri-kanan, depan dan belakang rakitnya.
Hingga akhirnya Jaka Tingkir mengabdi kepada Raja Demak, Sultan Trenggono. Setelah mengabdi yang penuh dengan lika-liku dan berbagai kejadian yang dialami serta sejumlah prestasi, maka Jaka Tingkir kemudian diangkat menjadi Adipati Pajang dengan gelar Hadiwijaya.
Pajang merupakan daerah yang sekarang menjadi kawasan Kartasura, Sukoharjo, Surakarta di Jawa Tengah.
Jaka Tingkir sewaktu kecil dipanggil dengan nama Mas Karebet. Dalam kitab Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa saat lahir ada pertunjukan wayang di rumahnya yang berada di kawasan Pengging, Lereng Gunung Merapi. Dia merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.
Jaka Tingkir yang memiliki ilmu beladiri dan kesaktian kemudian memutuskan untuk mengabdi ke Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin Sultan Trenggono.
Dalam perjalanan menuju Demak, Jaka Tingkir menggunakan rakit dari bambu dan harus menyeberangi sungai yang salah satu daerahnya disebut Kedung Srengenge.
Saat itu Jaka Tingkir dihadang sekawanan buaya penghuni Kedung Srengege yang jumlahnya kurang lebih 40 eko. Namun berkat kesaktian dan kekuatan gaib dari timang ikat pinggang Kiai Bajulgiling pemberian Ki Buyut Banyubiru, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan kawanan buaya tersebut.
Buaya yang semula buas beringas seketika menjadi lemah dan akhirnya tunduk pada Jaka Tingkir. Bahkan empat puluh buaya ekor buaya itu menjadi pengawal perjalanan Jaka Tingkir selama menyebrangi Kedung Srengenge dengan berenang di kiri-kanan, depan dan belakang rakitnya.
Hingga akhirnya Jaka Tingkir mengabdi kepada Raja Demak, Sultan Trenggono. Setelah mengabdi yang penuh dengan lika-liku dan berbagai kejadian yang dialami serta sejumlah prestasi, maka Jaka Tingkir kemudian diangkat menjadi Adipati Pajang dengan gelar Hadiwijaya.
Pajang merupakan daerah yang sekarang menjadi kawasan Kartasura, Sukoharjo, Surakarta di Jawa Tengah.