Ekspor Besar-besaran Lada dan Hasil Perkebunan Jadi Sumber Penghasilan Kerajaan Pajajaran
loading...

Kerajaan Pajajaran mencapai kejayaan semasa Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja. Foto/SindoNews
A
A
A
SEMARANG - Kerajaan Pajajaran mencapai kejayaan semasa Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja. Di masa pemerintahan Prabu Siliwangi inilah perekonomian Pajajaran di tanah Sunda berkembang pesat. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang besar bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Pertanian menjadi andalan Kerajaan Pajajaran dalam penerimaan devisa negara. Pertanian juga menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya. Karena Kerajaan Pajajaran memang sebuah negara pertanian.
Walaupun demikian, sedikit banyak Kerajaan Pajajaran tidak bisa terlepas dari kekayaan dari enam bandar, sebagaimana dikutip "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" yang dikutip SindoNews, Rabu (19/2/2025).
Ini merupakan perniagaan yang mereka lakukan dari antardaerah hingga luar negeri. Barang-barang dagangan yang merupakan sumber penghasilan utama Kerajaan Pajajaran adalah bahan makanan dan lada. Dikatakan misalnya, bahwa lada yang dihasilkan oleh Kerajaan Pajajaran setiap tahunnya mencapai lebih dari 1.000 bahar, sedangkan mutunya lebih baik dari lada yang dihasilkan oleh daerah Kocin, Asia Tenggara.
Catatan Tome Pires ada enam pelabuhan bandar dagang yang menjadi sumber penghasilan Kerajaan Pajajaran. Selain lada, penghasilan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Kerajaan Sunda ini adalah asam, tetapi barang pokok yang menjadi komoditas utama tetap beras. Beras menjadi sumber utama perdagangan kerajaan. Sedangkan barang pendukung seperti sayuran, buah-buahan, sapi, kambing, biri- biri, babi, luwak, tuak.
Selain itu ada juga berjenis bahan pakaian yang didatangkan dari Kambay (India), di samping itu juga terdapat perdagangan budak (pembantu). Dalam bertransaksi, selain barter masyarakat Sunda juga menggunakan mata uang sebagai alat tukar.
Mereka menggunakan mata uang milik China untuk pembayaran kecil. Berdasarkan catatan Tome Pires bahwa mata uang yang digunakan oleh masyarakat Sunda pada zaman dahulu disebut ceitis, calais sama dengan 1.000 ceitis, uang emas 8 mates dan tumdaya sama dengan 15 drahma. Sayang sekali, tidak bisa mengetahui berapa kira-kira nilai tukarnya sekarang ini.
Pertanian menjadi andalan Kerajaan Pajajaran dalam penerimaan devisa negara. Pertanian juga menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya. Karena Kerajaan Pajajaran memang sebuah negara pertanian.
Walaupun demikian, sedikit banyak Kerajaan Pajajaran tidak bisa terlepas dari kekayaan dari enam bandar, sebagaimana dikutip "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" yang dikutip SindoNews, Rabu (19/2/2025).
Baca Juga
Ini merupakan perniagaan yang mereka lakukan dari antardaerah hingga luar negeri. Barang-barang dagangan yang merupakan sumber penghasilan utama Kerajaan Pajajaran adalah bahan makanan dan lada. Dikatakan misalnya, bahwa lada yang dihasilkan oleh Kerajaan Pajajaran setiap tahunnya mencapai lebih dari 1.000 bahar, sedangkan mutunya lebih baik dari lada yang dihasilkan oleh daerah Kocin, Asia Tenggara.
Catatan Tome Pires ada enam pelabuhan bandar dagang yang menjadi sumber penghasilan Kerajaan Pajajaran. Selain lada, penghasilan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Kerajaan Sunda ini adalah asam, tetapi barang pokok yang menjadi komoditas utama tetap beras. Beras menjadi sumber utama perdagangan kerajaan. Sedangkan barang pendukung seperti sayuran, buah-buahan, sapi, kambing, biri- biri, babi, luwak, tuak.
Selain itu ada juga berjenis bahan pakaian yang didatangkan dari Kambay (India), di samping itu juga terdapat perdagangan budak (pembantu). Dalam bertransaksi, selain barter masyarakat Sunda juga menggunakan mata uang sebagai alat tukar.
Mereka menggunakan mata uang milik China untuk pembayaran kecil. Berdasarkan catatan Tome Pires bahwa mata uang yang digunakan oleh masyarakat Sunda pada zaman dahulu disebut ceitis, calais sama dengan 1.000 ceitis, uang emas 8 mates dan tumdaya sama dengan 15 drahma. Sayang sekali, tidak bisa mengetahui berapa kira-kira nilai tukarnya sekarang ini.
(cip)