Heboh Makam Syekh Subakir di Tulungagung, Penyebar Islam Asal Persia yang Menumbali Tanah Jawa
loading...
A
A
A
Makam panjang ditemukan di Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, dan Jepara. Sama dengan di Tulungagung, Blitar maupun Magelang. Ada yang meyakini makam panjang hanya petilasan Syekh Subakir.
Seingat Tunjung, sewaktu ia kecil lokasi situs Syekh Subakir itu dulunya berupa gundukan tanah yang panjang. Sebagian warga desa meyakini sebagai tempat keramat. "Tapi setahu saya, warga tidak menjadikan sebagai tempat nyadran," kata Tunjung.
Entah bagaimana ceritanya, pada tahun 2000, gundukan tanah itu kemudian dipugar, dan berubah menjadi sebuah makam. Saat pembongkaran berlangsung, kata Tunjung warga juga menemukan genting dan bata yang disinyalir kuno.
Menurut Tunjung, sejak itu warga mulai mengenal situs yang ada sebagai makam atau petilasan Syekh Subakir. Juga berkembang cerita, kedatangan Syekh Subakir di pulau Jawa dimulai dari kawasan selatan, menuju pesisir utara dan kembali kembali ke selatan.
"Pada hari-hari tertentu rutin ada yang berziarah. Biasanya dari luar kota. Kemudian juga dipakai tempat sah-sahan (kenaikan tingkat) perguruan silat di sini," papar Tunjung.
Ahmad Mujtahid, salah seorang peziarah asal Blitar mengatakan, cerita tentang Syekh Subakir masih diselimuti misteri. Ada yang menyebut setelah menumbali tanah Jawa, ia kembali ke Persia. Tapi tidak sedikit yang mengatakan Syekh Subakir kemudian wafat di tanah Jawa. "Versi tentang Syekh Subakir banyak," tuturnya.
Setelah Syekh Subakir, penyebaran Islam di tanah Jawa kemudian dilanjutkan oleh Syekh Syamsuddin al-Wasil atau Mbah Wasil, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Jumadil Kubra, dan Syekh Ibrahim Samarkandi. Pada era Wali Songo yang dimulai oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang datang dari negeri Campa, penyebaran Islam di tanah Jawa berlangsung semakin kokoh.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Baca Juga
Seingat Tunjung, sewaktu ia kecil lokasi situs Syekh Subakir itu dulunya berupa gundukan tanah yang panjang. Sebagian warga desa meyakini sebagai tempat keramat. "Tapi setahu saya, warga tidak menjadikan sebagai tempat nyadran," kata Tunjung.
Entah bagaimana ceritanya, pada tahun 2000, gundukan tanah itu kemudian dipugar, dan berubah menjadi sebuah makam. Saat pembongkaran berlangsung, kata Tunjung warga juga menemukan genting dan bata yang disinyalir kuno.
Menurut Tunjung, sejak itu warga mulai mengenal situs yang ada sebagai makam atau petilasan Syekh Subakir. Juga berkembang cerita, kedatangan Syekh Subakir di pulau Jawa dimulai dari kawasan selatan, menuju pesisir utara dan kembali kembali ke selatan.
Baca Juga
"Pada hari-hari tertentu rutin ada yang berziarah. Biasanya dari luar kota. Kemudian juga dipakai tempat sah-sahan (kenaikan tingkat) perguruan silat di sini," papar Tunjung.
Ahmad Mujtahid, salah seorang peziarah asal Blitar mengatakan, cerita tentang Syekh Subakir masih diselimuti misteri. Ada yang menyebut setelah menumbali tanah Jawa, ia kembali ke Persia. Tapi tidak sedikit yang mengatakan Syekh Subakir kemudian wafat di tanah Jawa. "Versi tentang Syekh Subakir banyak," tuturnya.
Setelah Syekh Subakir, penyebaran Islam di tanah Jawa kemudian dilanjutkan oleh Syekh Syamsuddin al-Wasil atau Mbah Wasil, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Jumadil Kubra, dan Syekh Ibrahim Samarkandi. Pada era Wali Songo yang dimulai oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang datang dari negeri Campa, penyebaran Islam di tanah Jawa berlangsung semakin kokoh.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(eyt)