Ini Penyebab Masih Tingginya Kasus Penularan Covid-19 di Sulsel
Kamis, 09 Juli 2020 - 20:33 WIB
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sulawesi Selatan ini menambahkan, aspek lain yang sangat penting sebagai penyebab fluktuasi ini adalah kecepatan transmisi lokal dari COVID-19. Yang secara linear dengan pelonggaran bisnis dan pergerakan populasi tanpa mengikuti protokol kesehatan secara ketat.
"Pembukaan bidang usaha/perkantoran yang juga masih menggunakan air condition (AC) central. Hasil studi menunjukkan semakin kuatnya bukti penularan melalui udara. Untuk hal tersebut, perlu peninjauan protokol kesehatan secara lebih ketat," ungkap Ridwan.
Selain itu, potensi penularan terjadi karena pembatasan jarak antar orang yang belum dilaksanakan secara maksimal. Lalu, pembatasan loading/kapasitas ruang usaha yang turut belum maksimal diterapkan, yang seharusnya 50% dari luas ruangan.
"Modifikasi bentuk transaksi non tunai yang belum difalakkan untuk mendukung konsep ekonomi low contac transaction. Pembatasan kontak antara consumen dan pelaku usaha dengan partisi belum maksimal," tandasnya.
Makanya, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini berharap berbagai aspek tersebut mendapat perhatian serius untuk segera diimplementasikan baik secara individu maupun kolektif oleh institusi.
"Perhatian terhadap upaya-upaya yang bersifat extraordinary action tersebut kiranya menjadi koncern semua warga," jelas dia.
"Pembukaan bidang usaha/perkantoran yang juga masih menggunakan air condition (AC) central. Hasil studi menunjukkan semakin kuatnya bukti penularan melalui udara. Untuk hal tersebut, perlu peninjauan protokol kesehatan secara lebih ketat," ungkap Ridwan.
Selain itu, potensi penularan terjadi karena pembatasan jarak antar orang yang belum dilaksanakan secara maksimal. Lalu, pembatasan loading/kapasitas ruang usaha yang turut belum maksimal diterapkan, yang seharusnya 50% dari luas ruangan.
"Modifikasi bentuk transaksi non tunai yang belum difalakkan untuk mendukung konsep ekonomi low contac transaction. Pembatasan kontak antara consumen dan pelaku usaha dengan partisi belum maksimal," tandasnya.
Makanya, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini berharap berbagai aspek tersebut mendapat perhatian serius untuk segera diimplementasikan baik secara individu maupun kolektif oleh institusi.
"Perhatian terhadap upaya-upaya yang bersifat extraordinary action tersebut kiranya menjadi koncern semua warga," jelas dia.
(agn)
tulis komentar anda