Elektrifikasi PLN, Mendulang Emas di Kebun Naga
Rabu, 15 Desember 2021 - 08:03 WIB
"Sejak 2020 lalu, tepatnya saat kami mulai membuka resto dan destinasi wisata, pekerja yang terlibat di perkebunan ini bertambah. Awalnya hanya dikelola oleh belasan orang, sekarang menjadi 22 orang. Mayoritas pekerja adalah warga sekitar Garut," kata dia.
Tak hanya membuka lapangan kerja, program electrifying agriculture juga berdampak terhadap produktivitas hasil panen. Pengahasikan dari buah naga cukup menjanjikan dengan volume produksi 3 ton per bulan. Buah yang dihasilkan pun mayoritas kualitas premium (grade A).
"Dari hasil panen 3 ton per bulan, 1,5 ton adalah buah naga putih yang dijual seharga Rp45.000 per kilogram. Sedangkan sisanya buah naga merah dengan 80 persen kualitas grade A atau biasa dijual sekitar Rp25.000 per kilogramnya," kata Milani.
Soal pemasaran, pihaknya mengaku tidak ada kesulitan. Beberapa konsumen adalah pelanggan tetap seperti ritel. Milani berharap, hadirnya Kebun Naga Poernama bisa memberi inspirasi bagi warga Garut dalam mengembangkan sektor pertanian berbasis listrik.
Pohon naga yang selama ini dianggap hanya bisa dibudidayakan di daerah pesisir, ternyata mampu menghasilkan nilai ekonomi tinggi, walaupun dikembangkan di daerah pegunungan bersuhu dingin.
Upaya PLN mendorong ekonomi daerah tak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Garut dalam meningkatkan ekonomi warganya. Salah satu potensi ekonomi yang terus digenjot adalah agrowisata. Pengembangan agrowisata sejalan dengan banyaknya lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan di kawasan ini.
Setidaknya ada empat kawasan agrowisata yang telah dikembangkan di Garut, yaitu wisata petik jeruk di Kecamatan Cikajang, wisata tanaman hias di Kecamatan Cigedug, agrowisata perbenihan kentang di Kecamatan Cisurupan, dan agrowisata buah naga di Kecamatan Bayongbong.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam Investment Summit Forum menekankan investasi di kawasan Jabar selatan termasuk Garut yang didasarkan pada kearifan lokal. Seperti investasi pengembangan kawasan pertanian dan industri kreatif.
Menurut dia, ada alokasi investasi hingga Rp400 triliun untuk pengembangan Jabar selatan dan utara. Salah satu implementasi investasi yaitu pada sektor infrastruktur jalan, yang diharapkan dapat meningkatkan konektivitas antar daerah. Kemudahan akses jalan akan meningkatkan kunjungan wisata.
Lihat Juga: Pertama di NTT, Pupuk Indonesia dan Relawan Bakti BUMN Bentangkan Bendera Merah Putih Sepanjang 1 KM
Tak hanya membuka lapangan kerja, program electrifying agriculture juga berdampak terhadap produktivitas hasil panen. Pengahasikan dari buah naga cukup menjanjikan dengan volume produksi 3 ton per bulan. Buah yang dihasilkan pun mayoritas kualitas premium (grade A).
"Dari hasil panen 3 ton per bulan, 1,5 ton adalah buah naga putih yang dijual seharga Rp45.000 per kilogram. Sedangkan sisanya buah naga merah dengan 80 persen kualitas grade A atau biasa dijual sekitar Rp25.000 per kilogramnya," kata Milani.
Soal pemasaran, pihaknya mengaku tidak ada kesulitan. Beberapa konsumen adalah pelanggan tetap seperti ritel. Milani berharap, hadirnya Kebun Naga Poernama bisa memberi inspirasi bagi warga Garut dalam mengembangkan sektor pertanian berbasis listrik.
Pohon naga yang selama ini dianggap hanya bisa dibudidayakan di daerah pesisir, ternyata mampu menghasilkan nilai ekonomi tinggi, walaupun dikembangkan di daerah pegunungan bersuhu dingin.
Upaya PLN mendorong ekonomi daerah tak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Garut dalam meningkatkan ekonomi warganya. Salah satu potensi ekonomi yang terus digenjot adalah agrowisata. Pengembangan agrowisata sejalan dengan banyaknya lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan di kawasan ini.
Setidaknya ada empat kawasan agrowisata yang telah dikembangkan di Garut, yaitu wisata petik jeruk di Kecamatan Cikajang, wisata tanaman hias di Kecamatan Cigedug, agrowisata perbenihan kentang di Kecamatan Cisurupan, dan agrowisata buah naga di Kecamatan Bayongbong.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam Investment Summit Forum menekankan investasi di kawasan Jabar selatan termasuk Garut yang didasarkan pada kearifan lokal. Seperti investasi pengembangan kawasan pertanian dan industri kreatif.
Menurut dia, ada alokasi investasi hingga Rp400 triliun untuk pengembangan Jabar selatan dan utara. Salah satu implementasi investasi yaitu pada sektor infrastruktur jalan, yang diharapkan dapat meningkatkan konektivitas antar daerah. Kemudahan akses jalan akan meningkatkan kunjungan wisata.
Lihat Juga: Pertama di NTT, Pupuk Indonesia dan Relawan Bakti BUMN Bentangkan Bendera Merah Putih Sepanjang 1 KM
(msd)
tulis komentar anda