Elektrifikasi PLN, Mendulang Emas di Kebun Naga
Rabu, 15 Desember 2021 - 08:03 WIB
"Ini berkat sistem penyinaran tanaman yang kami gunakan dalam budidaya buah naga. Mulai pukul 18.00, pohon naga kami sinari menggunakan lampu LED selama 12 jam selama 20 hari berturut-turut," jelas dia.
Jika singgah ke perkebunan tersebut, akan dijumpai lampu LED yang jumlahnya cukup banyak. Lampu tersusun dengan rapi, seolah-olah hanya sebagai hiasan belaka. Nyatanya, lampu LED ini memiliki fungsi vital untuk menggenjot produksi buah naga.
Di setiap tiang, terpasang Lampu LED dengan daya 8 hingga 10 watt. Satu lampu digunakan untuk menyinari dua hingga tiga pohon naga. Tak kurang dari 2.800 pohon naga ada di kawasan agrowisata yang letaknya berada di kaki Gunung Cikuray itu.
Menurut Milani, dibutuhkan daya listrik hingga 25.000 watt untuk menyinari ribuan pohon naga. Kendati begitu, dia meyakinkan bahwa tingginya konsumsi listrik sebanding dengan hasil yang dapat. "Dari sisi harga, buah naga kami lebih mahal. Selain organik juga rata-rata bobotnya di atas 500 gram. Untuk ukuran segitu, kandungan vitamin C-nya juga lebih banyak," terang dia.
Riset 1 Tahun
Agrowisata Kebun Naga Poernama mulai dirintis pada 2017 oleh tangan dingin pemiliknya Heri Poernama. Butuh waktu cukup lama hingga mendapatkan metode budidaya penyinaran agar mendapatkan buah yang melimpah dan cepat.
Menurut Milani, sistem penyinaran ini tidak tiba-tiba ada dan langsung diterapkan. Setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun untuk melakukan riset. Saat itu, pengelola melakukan uji coba budidaya pohon naga dengan dua metode, yaitu metode penyinaran menggunakan lampu LED dan metode alami (tanpa lampu listrik).
Keduanya diamati selama berbulan-bulan dengan seksama. Dalam perjalanannya, sempat muncul kekhawatiran penggunaan lampu listrik akan merusak pohon naga atau bunga. Apalagi, untuk mendapatkan pohon naga yang siap berbuah, dibutuhkan waktu yang cukup lama.
"Khusus untuk membudidayakan pohon naga ini, kami mendatangkan petani dari Jember. Karena, merawat pohon naga perlu sentuhan khusus, tidak semua petani bisa. Apalagi biasanya pohon naga banyak dibudidayakan di daerah pesisir, sementara kami berada di daerah pegunungan yang suhunya relatif dingin" beber dia.
Namun, kerja keras dan proses riset berbulan-bulan lamanya, akhirnya membuahkan hasil. Pohon naga yang dikembangkan dengan metode penyinaran lampu LED, berbuah lebih cepat dibandingkan pohon naga yang ditangani secara tradisional.
Jika singgah ke perkebunan tersebut, akan dijumpai lampu LED yang jumlahnya cukup banyak. Lampu tersusun dengan rapi, seolah-olah hanya sebagai hiasan belaka. Nyatanya, lampu LED ini memiliki fungsi vital untuk menggenjot produksi buah naga.
Di setiap tiang, terpasang Lampu LED dengan daya 8 hingga 10 watt. Satu lampu digunakan untuk menyinari dua hingga tiga pohon naga. Tak kurang dari 2.800 pohon naga ada di kawasan agrowisata yang letaknya berada di kaki Gunung Cikuray itu.
Menurut Milani, dibutuhkan daya listrik hingga 25.000 watt untuk menyinari ribuan pohon naga. Kendati begitu, dia meyakinkan bahwa tingginya konsumsi listrik sebanding dengan hasil yang dapat. "Dari sisi harga, buah naga kami lebih mahal. Selain organik juga rata-rata bobotnya di atas 500 gram. Untuk ukuran segitu, kandungan vitamin C-nya juga lebih banyak," terang dia.
Riset 1 Tahun
Agrowisata Kebun Naga Poernama mulai dirintis pada 2017 oleh tangan dingin pemiliknya Heri Poernama. Butuh waktu cukup lama hingga mendapatkan metode budidaya penyinaran agar mendapatkan buah yang melimpah dan cepat.
Menurut Milani, sistem penyinaran ini tidak tiba-tiba ada dan langsung diterapkan. Setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun untuk melakukan riset. Saat itu, pengelola melakukan uji coba budidaya pohon naga dengan dua metode, yaitu metode penyinaran menggunakan lampu LED dan metode alami (tanpa lampu listrik).
Keduanya diamati selama berbulan-bulan dengan seksama. Dalam perjalanannya, sempat muncul kekhawatiran penggunaan lampu listrik akan merusak pohon naga atau bunga. Apalagi, untuk mendapatkan pohon naga yang siap berbuah, dibutuhkan waktu yang cukup lama.
"Khusus untuk membudidayakan pohon naga ini, kami mendatangkan petani dari Jember. Karena, merawat pohon naga perlu sentuhan khusus, tidak semua petani bisa. Apalagi biasanya pohon naga banyak dibudidayakan di daerah pesisir, sementara kami berada di daerah pegunungan yang suhunya relatif dingin" beber dia.
Namun, kerja keras dan proses riset berbulan-bulan lamanya, akhirnya membuahkan hasil. Pohon naga yang dikembangkan dengan metode penyinaran lampu LED, berbuah lebih cepat dibandingkan pohon naga yang ditangani secara tradisional.
tulis komentar anda