Upaya BKSDA Blitar Melacak 'Sang Legenda' Harimau Jawa di Lereng Wilis
Senin, 08 Februari 2021 - 14:11 WIB
TULUNGAGUNG - Harimau Jawa (loreng), harimau tutul, macan kumbang, termasuk burung merak, menjadi atensi BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam), wilayah konservasi II Blitar (termasuk meliputi Tulungagung dan Trenggalek).
Terutama keluarga kucing besar (harimau) . Di kawasan hutan lereng Gunung Wilis wilayah Kabupaten Tulungagung, yang secara habitat dinilai memenuhi syarat, BKSDA meyakini eksistensi hewan pemakan daging tersebut, belum sepenuhnya punah.
"Keluarga kucing besar , termasuk merak menjadi atensi BKSDA," ujar Kepala Resor Wilayah Konservasi II Blitar BKSDA, Joko Dwiyono kepada SINDOnews.com.
Pada tahun 1976, harimau Jawa (panthera tigris sondaica) , hanya tinggal 3-5 ekor dan semuanya bertempat di suaka alam Meru Betiri, Jember, Jawa Timur. Sejak tahun 1980an, populasi macan Jawa tersebut diasumsikan telah punah. Keberadaanya sulit dijumpai.
Karenanya, begitu menerima laporan warga Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung yang mengaku melihat kucing besar yang diduga sebagai harimau Jawa , kata Joko, tim langsung bergerak. Laporan yang disertai bukti jejak telapak kaki binatang tersebut, masuk pada akhir tahun 2020.
Dikatakan bahwa harimau itu tengah berjalan bersama anaknya. Badannya berbulu kuning, bergaris hitam mengkilap, yang itu merujuk pada ciri khas motif macan Jawa . "Yang melapor warga yang tengah mencari rumput. Bukan pemburu," terang Joko.
Tim BKSDA langsung mendatangi lokasi. Jejak yang dikatakan sebagai tapak kaki macan , dicek. Jejak itu, diakui Joko memang ada. Namun sayang, kondisinya sudah tidak sempurna. Sebagian besar teksturnya telah rusak akibat guyuran air hujan.
Baca Juga
Terutama keluarga kucing besar (harimau) . Di kawasan hutan lereng Gunung Wilis wilayah Kabupaten Tulungagung, yang secara habitat dinilai memenuhi syarat, BKSDA meyakini eksistensi hewan pemakan daging tersebut, belum sepenuhnya punah.
"Keluarga kucing besar , termasuk merak menjadi atensi BKSDA," ujar Kepala Resor Wilayah Konservasi II Blitar BKSDA, Joko Dwiyono kepada SINDOnews.com.
Pada tahun 1976, harimau Jawa (panthera tigris sondaica) , hanya tinggal 3-5 ekor dan semuanya bertempat di suaka alam Meru Betiri, Jember, Jawa Timur. Sejak tahun 1980an, populasi macan Jawa tersebut diasumsikan telah punah. Keberadaanya sulit dijumpai.
Karenanya, begitu menerima laporan warga Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung yang mengaku melihat kucing besar yang diduga sebagai harimau Jawa , kata Joko, tim langsung bergerak. Laporan yang disertai bukti jejak telapak kaki binatang tersebut, masuk pada akhir tahun 2020.
Dikatakan bahwa harimau itu tengah berjalan bersama anaknya. Badannya berbulu kuning, bergaris hitam mengkilap, yang itu merujuk pada ciri khas motif macan Jawa . "Yang melapor warga yang tengah mencari rumput. Bukan pemburu," terang Joko.
Tim BKSDA langsung mendatangi lokasi. Jejak yang dikatakan sebagai tapak kaki macan , dicek. Jejak itu, diakui Joko memang ada. Namun sayang, kondisinya sudah tidak sempurna. Sebagian besar teksturnya telah rusak akibat guyuran air hujan.
tulis komentar anda