4 Hari Terakhir, Gemuruh dan Batu Longsor Puncak Merapi Terdengar di Tlogolele
Senin, 09 November 2020 - 16:27 WIB
BOYOLALI - Warga lereng Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali , Jateng selama 4 hari terakhir mendengar suara gemuruh. Mereka juga menyaksikan batu batu longsor dari puncak Merapi.
Surat (35) warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele mengatakan, guguran batu terlihat Puncak Garuda. Dukuh Stabelan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Puncak Merapi, batu batu yang longsor sangat terlihat. "Batu batu jatuh sering terjadi," ungkap Surat kepada SINDOnews saat ditemui di Dukuh Stabelan, Senin (9/11/2020). (Baca juga: Berjarak 3 Km dari Puncak Merapi, Ratusan Warga Tlogolele Boyolali Mengungsi)
Selaian guguran batu, warga juga sering mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. Dalam sehari, suara gemuruh terdengar 2-3 kali. "Kadang suara gemuruh terdengar siang, tapi juga malam hari," ungkapnya. (Baca juga: LGMP Demo di Jayapura, Minta Otsus Papua Dilanjutkan)
Dia mengaku tidak risau dengan kondisi Merapi. Meski demikian, ia tetap berkemas kemas untuk persiapan jika sewaktu waktu Merapi meletus. Selain perlengkapan dan kebutuhan untuk mengungsi, surat surat berharga juga sudah dikemas dan siap dibawa.
Sementara Untuk memantau kondisi Merapi, warga saat malam melakukan ronda. Balita perempuan hamil dan lansia sudah dibawa ke pengungsian. Sehingga yang masih berada di rumah ada laki laki dan perempuan dewasa.
Sedikit berbeda diungkapkan Nur Jumari (34) warga Dukuh Gumukrejo, Desa Tlogolele.
Dirinya cukup trauma dengan letusan Merapi tahun 2010 lalu. Sehingga rasa was was mulai dirasakan mengingat status sudah naik menjadi siaga. Terlebih suara gemuruh setiap hari terdengar dari dukuhnya yang berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi.
"Kadang suaranya keras, kadang ya standar," ucap Nur Jumari. setiap malam warga melakukan Ronda memantau kondisi puncak Merapi. Setiap ada suara gemuruh, penghuni rumah turut keluar memantau keadaan.
Surat (35) warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele mengatakan, guguran batu terlihat Puncak Garuda. Dukuh Stabelan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Puncak Merapi, batu batu yang longsor sangat terlihat. "Batu batu jatuh sering terjadi," ungkap Surat kepada SINDOnews saat ditemui di Dukuh Stabelan, Senin (9/11/2020). (Baca juga: Berjarak 3 Km dari Puncak Merapi, Ratusan Warga Tlogolele Boyolali Mengungsi)
Selaian guguran batu, warga juga sering mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. Dalam sehari, suara gemuruh terdengar 2-3 kali. "Kadang suara gemuruh terdengar siang, tapi juga malam hari," ungkapnya. (Baca juga: LGMP Demo di Jayapura, Minta Otsus Papua Dilanjutkan)
Dia mengaku tidak risau dengan kondisi Merapi. Meski demikian, ia tetap berkemas kemas untuk persiapan jika sewaktu waktu Merapi meletus. Selain perlengkapan dan kebutuhan untuk mengungsi, surat surat berharga juga sudah dikemas dan siap dibawa.
Sementara Untuk memantau kondisi Merapi, warga saat malam melakukan ronda. Balita perempuan hamil dan lansia sudah dibawa ke pengungsian. Sehingga yang masih berada di rumah ada laki laki dan perempuan dewasa.
Sedikit berbeda diungkapkan Nur Jumari (34) warga Dukuh Gumukrejo, Desa Tlogolele.
Dirinya cukup trauma dengan letusan Merapi tahun 2010 lalu. Sehingga rasa was was mulai dirasakan mengingat status sudah naik menjadi siaga. Terlebih suara gemuruh setiap hari terdengar dari dukuhnya yang berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi.
"Kadang suaranya keras, kadang ya standar," ucap Nur Jumari. setiap malam warga melakukan Ronda memantau kondisi puncak Merapi. Setiap ada suara gemuruh, penghuni rumah turut keluar memantau keadaan.
(shf)
tulis komentar anda