Kisah Belanda Meminta Paksa Hak Sewa Tanah di Lereng Gunung Merapi ke Sri Sultan HB IV
loading...
![Kisah Belanda Meminta...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/11/29/1528091/kisah-belanda-meminta-paksa-hak-sewa-tanah-di-lereng-gunung-merapi-ke-sri-sultan-hb-iv-rlh.webp)
Belanda pernah meminta dengan paksa terkait hak sewa tanah lereng Gunung Merapi kepada Sri Sultan HB IV yang merupakan adik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro. Foto/kratonjogja
A
A
A
PENJAJAH Belanda pernah meminta dengan paksa terkait hak sewa tanah kepada Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IV yang merupakan adik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro.
Saat itu sang Raja yang usianya sangat muda dipengaruhi oleh Residen Belanda di Yogyakarta Nahuys Van Burgst.
Nahuys yang juga merangkap residen di Surakarta ini meminta secara khusus hak sewa tanah di lereng Gunung Merapi.
Hal ini karena Belanda tahu tanah di lereng-lereng Gunung Merapi memiliki kesuburan yang luar biasa.
Pada Juli 1817, Residen Belanda Yogyakarta yang merangkap Surakarta itu mencoba mempengaruhi sultan muda, Sultan HB IV. Hak sewa tanah itu konon berada di daerah Bedoyo, kawasan terbuka di dataran tinggi lereng Gunung Merapi.
Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 -1855", mengisahkan bagaimana Nahuys juga meminta secara khusus empat desa di sekitarnya menjadi pemasok tenaga kerja bagi bakal perkebunan kopi miliknya itu.
Lima tahun kemudian, saat Nahuys diganti sebagai Residen Yogya dan Surakarta, tidak kurang dari 115 bidang lahan yang terpisah-pisah dan desa-desa, beserta penduduknya telah disewakan di wilayah Kesultanan, dan 189 lagi di wilayah Kasunanan Surakarta.
Saat itu sang Raja yang usianya sangat muda dipengaruhi oleh Residen Belanda di Yogyakarta Nahuys Van Burgst.
Nahuys yang juga merangkap residen di Surakarta ini meminta secara khusus hak sewa tanah di lereng Gunung Merapi.
Hal ini karena Belanda tahu tanah di lereng-lereng Gunung Merapi memiliki kesuburan yang luar biasa.
Pada Juli 1817, Residen Belanda Yogyakarta yang merangkap Surakarta itu mencoba mempengaruhi sultan muda, Sultan HB IV. Hak sewa tanah itu konon berada di daerah Bedoyo, kawasan terbuka di dataran tinggi lereng Gunung Merapi.
Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 -1855", mengisahkan bagaimana Nahuys juga meminta secara khusus empat desa di sekitarnya menjadi pemasok tenaga kerja bagi bakal perkebunan kopi miliknya itu.
Lima tahun kemudian, saat Nahuys diganti sebagai Residen Yogya dan Surakarta, tidak kurang dari 115 bidang lahan yang terpisah-pisah dan desa-desa, beserta penduduknya telah disewakan di wilayah Kesultanan, dan 189 lagi di wilayah Kasunanan Surakarta.