Alat Deteksi COVID-19 Buatan UGM Bisa Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi
Senin, 28 September 2020 - 20:21 WIB
Dengan prinsip gotong royong GeNoses dibuat dengan pola penta helix, yakni pembuatan alat yang didukung oleh kekuatan pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media.
GeNoses, kata Paripurna, bisa dipasang di setiap pasar dengan beberapa unit. Kemudian setiap orang sebelum masuk ke pasar harus dites dulu dengan GeNoses.
Jika deteksi menunjukkan adanya infeksi, maka orang tersebut langsung diarahkan untuk tes PCR. Bila hasilnya positif, orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri.
"Pasar merupakan grass root ekonomi rakyat. Kita bisa menolong ekonomi masyarakat dari lapisan paling bawah dulu, kemudian berkembang ke industri, vactory, toko, mall, pelabuhan, bandara, dan ruang publik lainnya," ungkap alumnus Fakultas Hukum UGM itu.
GeNoses sudah melalui proses profiling test dengan akurasi 97 persen. Namun, alat ini masih perlu melalui proses diagnostic test. Paripurna menegaskan, GeNoses mendeteksi infeksi virus. Pembuktian positif dan negatif Covid-19 tetap menggunakan tes PCR.
Sebelumnya, UGM juga sudah mengembangkan ventilator RO3, yang saat ini sudah dalam proses pemasaran. Kemudian ada ventilator ICU yang saat ini sedang dalam proses uji klinis.
Dengan adanya produk dalam negeri seperti GeNoses dan ventilator RO3, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya terhadap produk-produk alat kesehatan impor.
Diketahui selama ini, ventilator yang diimpor Indonesia, memiliki usia yang tidak lama. Dalam waktu lima tahun, ventilator tersebut sudah harus diganti dengan ventilator yang lebih canggih.
Namun, Indonesia dalam upayanya mengembangkan produk dalam negeri, berusaha menciptakan ventilator yang bisa bertahan seumur hidup.
Paripurna berharap pemerintah bisa membantu UGM, dalam menciptakan alat-alat kesehatan dalam negeri, sehingga bisa bersaing dengan produk-produk impor. Hal ini berlaku juga bagi dunia bisnis secara umum.
GeNoses, kata Paripurna, bisa dipasang di setiap pasar dengan beberapa unit. Kemudian setiap orang sebelum masuk ke pasar harus dites dulu dengan GeNoses.
Jika deteksi menunjukkan adanya infeksi, maka orang tersebut langsung diarahkan untuk tes PCR. Bila hasilnya positif, orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri.
"Pasar merupakan grass root ekonomi rakyat. Kita bisa menolong ekonomi masyarakat dari lapisan paling bawah dulu, kemudian berkembang ke industri, vactory, toko, mall, pelabuhan, bandara, dan ruang publik lainnya," ungkap alumnus Fakultas Hukum UGM itu.
GeNoses sudah melalui proses profiling test dengan akurasi 97 persen. Namun, alat ini masih perlu melalui proses diagnostic test. Paripurna menegaskan, GeNoses mendeteksi infeksi virus. Pembuktian positif dan negatif Covid-19 tetap menggunakan tes PCR.
Sebelumnya, UGM juga sudah mengembangkan ventilator RO3, yang saat ini sudah dalam proses pemasaran. Kemudian ada ventilator ICU yang saat ini sedang dalam proses uji klinis.
Dengan adanya produk dalam negeri seperti GeNoses dan ventilator RO3, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya terhadap produk-produk alat kesehatan impor.
Diketahui selama ini, ventilator yang diimpor Indonesia, memiliki usia yang tidak lama. Dalam waktu lima tahun, ventilator tersebut sudah harus diganti dengan ventilator yang lebih canggih.
Namun, Indonesia dalam upayanya mengembangkan produk dalam negeri, berusaha menciptakan ventilator yang bisa bertahan seumur hidup.
Paripurna berharap pemerintah bisa membantu UGM, dalam menciptakan alat-alat kesehatan dalam negeri, sehingga bisa bersaing dengan produk-produk impor. Hal ini berlaku juga bagi dunia bisnis secara umum.
tulis komentar anda