Alat Deteksi COVID-19 Buatan UGM Bisa Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi
Senin, 28 September 2020 - 20:21 WIB
YOGYAKARTA - Makhluk kecil bernama virus kini menghantui semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Di sisi lain, pandemi Corona (COVID-19) menjadi momentum bagi negara-negara lain untuk memanfaatkan situasi di Indonesia.
(Baca juga: Tanah Longsor Terjang Tarakan Kalimantan Utara, 11 Warga Tewas 3 Luka)
"Indonesia merupakan negara besar dengan penduduk yang banyak, sehingga Indonesia bisa dibilang memiliki pasar yang besar bagi negara lain untuk mengambil keuntungan di masa pandemi," ujar Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof Dr Paripurna Sugarda, Senin (28/9/2020).
(Baca juga: Bongkar Sindikat Sabu 2,6 Kg, Dir Narkoba Polda NTB: Berhenti Jadi Pengedar atau Kami Buru hingga ke Lubang Semut)
Hal tersebut dia sampaikan dalam dalam acara diskusi KAGAMA Inkubasi Bisnis (KIB) XIV, bertajuk Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi, yang digelar secara daring.
Merespons fenomena ini, dibutuhkan kolaborasi dan skema penta helix untuk merealisasikannya. Prinsip kolaborasi kata Paripurna sudah dimiliki Indonesia sejak lama, yang lebih dikenal dengan istilah gotong royong.
Belum lama ini, Fakultas MIPA dan FK-KMK UGM berkolaborasi menciptakan alat deteksi infeksi COVID-19 lewat hembusan nafas manusia bernama GeNoses. Alat ini dibuat dengan sistem artificial intelligent.
"Kelebihan GeNoses, alat ini mampu mendeteksi dalam jangka waktu yang pendek yaitu, 3 menit. Selain itu, alat ini dijual dengan harga yang murah. Dengan Rp 40 juta, alat ini bisa digunakan untuk mendeteksi lebih dari 100.000 orang," pungkasnya.
Menurut Paripurna, alat ini turut mendukung fokus utama pemerintah di masa pandemi yakni, penanganan COVID-19 sekaligus pemulihan ekonomi.
(Baca juga: Tanah Longsor Terjang Tarakan Kalimantan Utara, 11 Warga Tewas 3 Luka)
"Indonesia merupakan negara besar dengan penduduk yang banyak, sehingga Indonesia bisa dibilang memiliki pasar yang besar bagi negara lain untuk mengambil keuntungan di masa pandemi," ujar Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof Dr Paripurna Sugarda, Senin (28/9/2020).
(Baca juga: Bongkar Sindikat Sabu 2,6 Kg, Dir Narkoba Polda NTB: Berhenti Jadi Pengedar atau Kami Buru hingga ke Lubang Semut)
Hal tersebut dia sampaikan dalam dalam acara diskusi KAGAMA Inkubasi Bisnis (KIB) XIV, bertajuk Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi, yang digelar secara daring.
Merespons fenomena ini, dibutuhkan kolaborasi dan skema penta helix untuk merealisasikannya. Prinsip kolaborasi kata Paripurna sudah dimiliki Indonesia sejak lama, yang lebih dikenal dengan istilah gotong royong.
Belum lama ini, Fakultas MIPA dan FK-KMK UGM berkolaborasi menciptakan alat deteksi infeksi COVID-19 lewat hembusan nafas manusia bernama GeNoses. Alat ini dibuat dengan sistem artificial intelligent.
"Kelebihan GeNoses, alat ini mampu mendeteksi dalam jangka waktu yang pendek yaitu, 3 menit. Selain itu, alat ini dijual dengan harga yang murah. Dengan Rp 40 juta, alat ini bisa digunakan untuk mendeteksi lebih dari 100.000 orang," pungkasnya.
Menurut Paripurna, alat ini turut mendukung fokus utama pemerintah di masa pandemi yakni, penanganan COVID-19 sekaligus pemulihan ekonomi.
tulis komentar anda