Susah Sinyal dan Tak Punya Android, Pelajar Bawean Sekolah di Musala
Selasa, 18 Agustus 2020 - 19:16 WIB
GRESIK - Belajar daring selama masa pandemi COVID-19 ternyata menjadi kendala bagi banyak pelajar di seantero nusantara. Hal itu juga dialami oleh para pelajar di Pulau Bawean.
Di daerah yang masih masuk dalam administrasi Kabupaten Gresik , Jawa Timur ini bukan hanya persoalan lemahnya sinyal internet yang menjadi kendala. Namun banyak orangtua siswa yang tidak memiliki smartphone.
Untuk mensiasati supaya sekolah tetap berjalan, para gurupun terpaksa menerapkan pembelajaran sistem luring. Para guru mendatangi siswa di sejumlah tempat yang sudah disepakati oleh walimurid untuk mengajar secara berkelompok.
(Baca juga: Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Khofifah Tinjau Sekolah di Kota Probolinggo )
Seperti yang terlihat di salah satu musala di Desa Gunungteguh, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Guru klas 4 UPT SD Negeri 334 Gresik, Dewi Ana, rela datang untuk mengisi pelajaran pada sejumlah peserta didik secara tatap muka.
Dewi mengatakan, pertemuan dengan siswanya hanya dilakukan seminggu sekali. Para guru kawatir jika dilakukan lebih dari satu kali bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, meskipun Bawean termasuk zona aman. "Makanya satu minggu sekali diadakan pertemuan semacam ini," katanya pada Sindonews.
(Baca juga: Putra-putri Bawean Kibarkan Bendera Raksasa di Tebing Karst Gunung Batu )
Pertemuan itupun, kata dia, berdasarkan kesepakatan walimurid sendiri. Terkait berapa jumlah siswa maupun lokasi belajar para guru hanya mengikuti keinginan walimurid. "Karena ini kesepakatan ya saya mengikuti apa kata walimurid," ucapnya.
Sedangkan sehari-hari, belajar mengajar dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. Bagi orangtua siswa yang tidak punya aplikasi, mereka terpaksa numpang pada teman yang dekat rumah.
Di daerah yang masih masuk dalam administrasi Kabupaten Gresik , Jawa Timur ini bukan hanya persoalan lemahnya sinyal internet yang menjadi kendala. Namun banyak orangtua siswa yang tidak memiliki smartphone.
Untuk mensiasati supaya sekolah tetap berjalan, para gurupun terpaksa menerapkan pembelajaran sistem luring. Para guru mendatangi siswa di sejumlah tempat yang sudah disepakati oleh walimurid untuk mengajar secara berkelompok.
(Baca juga: Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Khofifah Tinjau Sekolah di Kota Probolinggo )
Seperti yang terlihat di salah satu musala di Desa Gunungteguh, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Guru klas 4 UPT SD Negeri 334 Gresik, Dewi Ana, rela datang untuk mengisi pelajaran pada sejumlah peserta didik secara tatap muka.
Dewi mengatakan, pertemuan dengan siswanya hanya dilakukan seminggu sekali. Para guru kawatir jika dilakukan lebih dari satu kali bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, meskipun Bawean termasuk zona aman. "Makanya satu minggu sekali diadakan pertemuan semacam ini," katanya pada Sindonews.
(Baca juga: Putra-putri Bawean Kibarkan Bendera Raksasa di Tebing Karst Gunung Batu )
Pertemuan itupun, kata dia, berdasarkan kesepakatan walimurid sendiri. Terkait berapa jumlah siswa maupun lokasi belajar para guru hanya mengikuti keinginan walimurid. "Karena ini kesepakatan ya saya mengikuti apa kata walimurid," ucapnya.
Sedangkan sehari-hari, belajar mengajar dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. Bagi orangtua siswa yang tidak punya aplikasi, mereka terpaksa numpang pada teman yang dekat rumah.
(msd)
tulis komentar anda