Perajin Tempe di Cimahi Keluhkan Kenaikan Harga Kedelai: Pemerintah Harus Turun Tangan
Selasa, 14 November 2023 - 17:47 WIB
CIMAHI - Perajin tempe di Kota Cimahi , Jawa Barat menjerit karena 'penyakit' tahunan yakni harga bahan baku kedelai yang meroket. Tingginya harga kedelai itu membuat produsen tempe nengurangi produksi.
Seperti yang dialami Kusnanto (54), produsen tempe asal Jalan Margaluyu, RT 7/2, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah. Mahalnya harga kedelai tersebut terjadi sejak beberapa bulan yang lalu dan hingga saat ini harganya terus mengalami kenaikan secara bertahap hingga perajin harus memutar otak agar usahanya tidak gulung tikar.
"Harga kedelai naik ini kita agak kerepotan. Memang kedelai masih bisa dibeli tapi repot untuk ekonomi kita," ungkap dia saat ditemui di tempat produksinya, Selasa (14/11/2023).
Saat ini, kata dia, harga bahan baku kedelai mencapai Rp12.700 per kilogram dari harga normal Rp 10 ribu per kilogram, sehingga kondisi itu memberatkan para perajin tempe. Kenaikan harga kedelai tersebut dipicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Meski kedelai naik, Kusnanto memilih tidak menaikan harga jual yakni Rp7 ribu, Rp8 ribu, dan Rp10 ribu per potong tergantung ukuran. Pasalnya, daya beli masyarakat saat ini dinilainya justru malah turun ditengah tingginya harga berbagai kebutuhan pokok.
"Tapi kita gak akan menaikan harga karena di pasar juga daya beli masyarakat telah menurun. Kita lihat saja di setiap pasar sekarang sudah mulai sepi," ungkap Kusnadi.
Tingginya harga kedelai memaksa Kusnanto mengurangi jumlah produksi. Jika sebelum normal, dalam sehari ia bisa menghabiskan 6 kwintal kedelai untuk diproduksi menjadi tempe. Namun setelah harganya mengalami kenaikan, menurun jadi 4 kwintal per hari.
"Jelas ke omzet juga berpengaruh menurun sekitar 50 persen, jadi harus ada solusi terbaik dari pemerintah, kalau gak sama pemerintah ke siapa lagi," ucap dia.
Seperti yang dialami Kusnanto (54), produsen tempe asal Jalan Margaluyu, RT 7/2, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah. Mahalnya harga kedelai tersebut terjadi sejak beberapa bulan yang lalu dan hingga saat ini harganya terus mengalami kenaikan secara bertahap hingga perajin harus memutar otak agar usahanya tidak gulung tikar.
"Harga kedelai naik ini kita agak kerepotan. Memang kedelai masih bisa dibeli tapi repot untuk ekonomi kita," ungkap dia saat ditemui di tempat produksinya, Selasa (14/11/2023).
Saat ini, kata dia, harga bahan baku kedelai mencapai Rp12.700 per kilogram dari harga normal Rp 10 ribu per kilogram, sehingga kondisi itu memberatkan para perajin tempe. Kenaikan harga kedelai tersebut dipicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Meski kedelai naik, Kusnanto memilih tidak menaikan harga jual yakni Rp7 ribu, Rp8 ribu, dan Rp10 ribu per potong tergantung ukuran. Pasalnya, daya beli masyarakat saat ini dinilainya justru malah turun ditengah tingginya harga berbagai kebutuhan pokok.
"Tapi kita gak akan menaikan harga karena di pasar juga daya beli masyarakat telah menurun. Kita lihat saja di setiap pasar sekarang sudah mulai sepi," ungkap Kusnadi.
Tingginya harga kedelai memaksa Kusnanto mengurangi jumlah produksi. Jika sebelum normal, dalam sehari ia bisa menghabiskan 6 kwintal kedelai untuk diproduksi menjadi tempe. Namun setelah harganya mengalami kenaikan, menurun jadi 4 kwintal per hari.
"Jelas ke omzet juga berpengaruh menurun sekitar 50 persen, jadi harus ada solusi terbaik dari pemerintah, kalau gak sama pemerintah ke siapa lagi," ucap dia.
tulis komentar anda