Pidato KH Hasyim Asya'ari Bangkitkan Kekuatan NU saat PKI Mulai Menebar Teror di Madiun
Selasa, 19 September 2023 - 22:26 WIB
"Karena itu sebagai tandingannya, NU juga menyelenggarakan kegiatan nasional di kota itu (Madiun)," demikian dikutip dari buku yang berjudul "Benturan NU PKI 1948-1965". NU sengaja mengambil lokasi muktamar di Madiun, yang sekaligus untuk memperlihatkan kekuatan umat Islam.
Muktamar NU ke-17 Madiun dihadiri hampir seluruh pengurus besar NU. Seluruh elemen Syuriah dan Tanfidziah, hadir. Begitu juga pimpinan konsul atau wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh khutbah iftitah (pidato pembukaan) Rais Akbar NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.
Mbah Hasyim Asy'ari yang juga kakek Gus Dur itu, mengingatkan akan bahaya ajaran materialisme historis, atau historis materialisme yang menjadi filsafat ideologi komunisme (PKI).
Yakni, ajaran yang berpandangan tiada realitas di dunia ini kecuali benda, tidak ada roh dan tidak ada alam gaib. Ajaran yang tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Tidak hanya tercela, Mbah Hasyim juga menilai berbahaya. Sebab dapat mempengaruhi penganutnya ke arah kekufuran dan penyimpangan.
"Bahaya besar ini, tidak akan terelakkan bila sudah tertanam dalam hati serta jiwa pemuda kita, dan yang demikian itu akan mengubah keyakinan dasar mereka terhadap agama Islam yang kita anut," kata Mbah Hasyim seperti dikutip dari Khutbah Iftitah yang disampaikan dalam Muktamar ke-17 NU di Madiun 24 Mei 1947.
Dalam khutbah iftitahnya di acara pembukaan Muktamar ke-17 NU di Madiun tersebut, Mbah Hasyim juga berseru kepada seluruh umat Islam untuk bergerak, menyatukan kekuatan, dan merapatkan barisan.
"Bergerak dan bangkitlah wahai saudaraku para ulama, kuatkan barisanmu, satukan seluruh kekuatanmu, tetaplah tegar dan percayalah bahwa tidak sedikit golongan yang kecil mampu mengalahkan golongan besar hanya karena kehendak Allah, karena Allah selalu bersama orang yang sabar".
Seruan Kiai Hasyim Asy'ari dalam Muktamar NU di Madiun tersebut, sontak mendorong NU mengonsolidasikan seluruh kekuatan NU dan pesantren. Konsolidasi kekuatan termasuk melibatkan pasukan Hizbullah dan Sabilillah di daerah yang baru pulang dari medan perang melawan Sekutu di Surabaya dan Ambarawa.
Muktamar NU ke-17 Madiun dihadiri hampir seluruh pengurus besar NU. Seluruh elemen Syuriah dan Tanfidziah, hadir. Begitu juga pimpinan konsul atau wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh khutbah iftitah (pidato pembukaan) Rais Akbar NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.
Mbah Hasyim Asy'ari yang juga kakek Gus Dur itu, mengingatkan akan bahaya ajaran materialisme historis, atau historis materialisme yang menjadi filsafat ideologi komunisme (PKI).
Yakni, ajaran yang berpandangan tiada realitas di dunia ini kecuali benda, tidak ada roh dan tidak ada alam gaib. Ajaran yang tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Tidak hanya tercela, Mbah Hasyim juga menilai berbahaya. Sebab dapat mempengaruhi penganutnya ke arah kekufuran dan penyimpangan.
"Bahaya besar ini, tidak akan terelakkan bila sudah tertanam dalam hati serta jiwa pemuda kita, dan yang demikian itu akan mengubah keyakinan dasar mereka terhadap agama Islam yang kita anut," kata Mbah Hasyim seperti dikutip dari Khutbah Iftitah yang disampaikan dalam Muktamar ke-17 NU di Madiun 24 Mei 1947.
Dalam khutbah iftitahnya di acara pembukaan Muktamar ke-17 NU di Madiun tersebut, Mbah Hasyim juga berseru kepada seluruh umat Islam untuk bergerak, menyatukan kekuatan, dan merapatkan barisan.
Baca Juga
"Bergerak dan bangkitlah wahai saudaraku para ulama, kuatkan barisanmu, satukan seluruh kekuatanmu, tetaplah tegar dan percayalah bahwa tidak sedikit golongan yang kecil mampu mengalahkan golongan besar hanya karena kehendak Allah, karena Allah selalu bersama orang yang sabar".
Seruan Kiai Hasyim Asy'ari dalam Muktamar NU di Madiun tersebut, sontak mendorong NU mengonsolidasikan seluruh kekuatan NU dan pesantren. Konsolidasi kekuatan termasuk melibatkan pasukan Hizbullah dan Sabilillah di daerah yang baru pulang dari medan perang melawan Sekutu di Surabaya dan Ambarawa.
tulis komentar anda