Rentetan Kudeta Berdarah di Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno, Ada yang Terjadi saat Pesta Pernikahan
loading...
A
A
A
SERANGKAIAN pemberontakan, kudeta hingga makar mewarnai kisah kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno atau yang juga disebut Medang. Kudeta itu datang dari dalam maupun luar istana.
Pemberontakan disebabkan banyak hal, mulai dari perebutan harta, tahta dan wanita.
Peta lokasi Kerajaan Kalingga di sekitar Jepara, Jawa Tengah. Foto/Ist
Pemberontakan telah dimulai sejak era Kerajaan Kalingga di bawah pemerintahan Dewa Singha yang mendapat serangan dari Sanjaya. Akibat serangan itu tahta kekuasaan Dewa Singha pun berhasil digulingkan.
Runtuhnya Kerajaan Kalingga Selatan menjadikan Sanjaya mendirikan Kerajaan Medang dan menobatkan dirinya sebagai raja.
Selama pemerintahan Kerajaan Medang pun juga diwarnai aksi makar untuk memperebutkan tahta. Sebagaimana Sri Wintala Achmad pada "Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa : Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita", aksi pemberontakan dimulai oleh Rakai Panunggalan Dyah Dharanindra terhadap raja-raja Jawa, Sumatera dan di luar wilayah Nusantara seperti Campa dan Kamboja.
Sementara aksi makar dibuktikan dengan pemberontakan Rakai Panangkaran Dyah Pancapana terhadap kekuasaan Sanjaya.
Selanjutnya pemberontakan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni terhadap kekuasaan Rakai Pikatan Mpu Manuku.
Diteruskan pemberontakan Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra terhadap kekuasaan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Pemberontakan disebabkan banyak hal, mulai dari perebutan harta, tahta dan wanita.
Peta lokasi Kerajaan Kalingga di sekitar Jepara, Jawa Tengah. Foto/Ist
Pemberontakan telah dimulai sejak era Kerajaan Kalingga di bawah pemerintahan Dewa Singha yang mendapat serangan dari Sanjaya. Akibat serangan itu tahta kekuasaan Dewa Singha pun berhasil digulingkan.
Runtuhnya Kerajaan Kalingga Selatan menjadikan Sanjaya mendirikan Kerajaan Medang dan menobatkan dirinya sebagai raja.
Selama pemerintahan Kerajaan Medang pun juga diwarnai aksi makar untuk memperebutkan tahta. Sebagaimana Sri Wintala Achmad pada "Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa : Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita", aksi pemberontakan dimulai oleh Rakai Panunggalan Dyah Dharanindra terhadap raja-raja Jawa, Sumatera dan di luar wilayah Nusantara seperti Campa dan Kamboja.
Sementara aksi makar dibuktikan dengan pemberontakan Rakai Panangkaran Dyah Pancapana terhadap kekuasaan Sanjaya.
Selanjutnya pemberontakan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni terhadap kekuasaan Rakai Pikatan Mpu Manuku.
Diteruskan pemberontakan Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra terhadap kekuasaan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.