Kisah Pemerintahan Amangkurat III Picu Perpecahan di Kerajaan Mataram
loading...
A
A
A
Amangkurat III didapuk menjadi Raja Mataram menggantikan Amangkurat II yang merupakan ayahnya. Kekurangan fisik Amangkurat III menuai kritik dan polemik di internal kerajaan. Pro dan kontra. Banyak yang setuju, tapi juga banyak yang menolak tampilnya Amangkurat III sebagai raja.
Seiring berjalannya waktu, polemik tersebut sampai juga ke Amangkurat III. Mendengar kenaikannya menjadi Raja menimbulkan polemik, karena kekurangan fisiknya, Amangkurat III mengumpulkan seluruh punggawa keraton dan menanyakan siapa yang tidak setuju.
Para punggawa keraton yang awalnya kurang setuju dengan kenaikan Amangkurat III yang mengalami kekurangan fisik, berubah dan akhirnya setuju. Hanya satu orang saja kala itu yang secara tegas masih menolak Amangkurat III menjadi Raja, yaitu paman Amangkurat III sendiri, Pangeran Puger. Atas penolakan tersebut akhirnya Pangeran Puger dikucilkan dan difitnah sehingga menderita.
Baca juga: Kerajaan Majapahit, Dibentengi Gapura Megah dengan Alun-alun yang Dikelilingi Jalur Air
"Perpecahan di Kartosuro antara Amangkurat III dan Pangeran Puger diketahui pihak Belanda. Belanda yang masih menyimpan dendam, konflik tersebut dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk memecah belah dengan mendekati Pangeran Puger dengan memberi janji akan mengangkat Puger menjadi raja tapi harus melawan Amangkurat III," terang Putra juru kunci Situs Keraton Kartosuro, Raden Tumenggung Kerti Hastono Putra, Suryolesmana di Situs Keraton Kartosuro, Kecamatan Kartosuro, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Taktik Belanda memecah belah Keraton Kartosuro berhasil. Seperti yang pernah terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta yang mana sempat terjadi raja kembar, saat itu di Keraton Kartosuro juga terjadi ada dua raja kembar. Belanda secara resmi mengangkat Pangeran Puger menjadi Paku Buwono I. Dengan dibantu oleh Belanda, Paku Buwono (PB) I menggempur Amangkurat III.
Marah dengan sikap Belanda, akhirnya Amangkurat III tidak mau bekerja sama lagi dengan Belanda dan akhirnya memilih menyusul ke Bangil Pasuruan. Karena di Bangil, Pasuruan, Amangkurat III mengetahui disana ada teman bapaknya Amangkurat II yaitu Untung Suropati. Sedangkan sepeninggal Amangkurat III, Pangeran Puger yang sudah bergelar Paku Buwono (PB) I menguasai Keraton Kartosuro yang berpihak pada Belanda.
"Amangkurat III memerintah kurang lebih selama 2 tahun (1703 1705) setelah itu terusir oleh pangeran Puger yang kemudian menjadi raja dan bergelar Sinuhun Paku Buwono I
atas bantuan Belanda," paparnya seperti dikutip Okezone.
Belanda yang mengetahui Amangkurat III lari ke Bangil, Pasuruan tidak tinggal diam. Dengan pasukannya,Belanda mengejar keberadaan Amangkurat III sampai ke Bangil Pasuruan. Dalam pertempuran itu Untung Suropati tertembak dan meninggal. Sedang Amangkurat III tertangkap dan diasingkan ke Sailon (Srilanka) hingga meninggal dan di makamkan juga di sana.
"Setelah Pakubuono I mangkat tahta beralih pada Amangkurat IV. Dulu nanti setelah itu baru digantikan oleh PB II," jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, polemik tersebut sampai juga ke Amangkurat III. Mendengar kenaikannya menjadi Raja menimbulkan polemik, karena kekurangan fisiknya, Amangkurat III mengumpulkan seluruh punggawa keraton dan menanyakan siapa yang tidak setuju.
Para punggawa keraton yang awalnya kurang setuju dengan kenaikan Amangkurat III yang mengalami kekurangan fisik, berubah dan akhirnya setuju. Hanya satu orang saja kala itu yang secara tegas masih menolak Amangkurat III menjadi Raja, yaitu paman Amangkurat III sendiri, Pangeran Puger. Atas penolakan tersebut akhirnya Pangeran Puger dikucilkan dan difitnah sehingga menderita.
Baca juga: Kerajaan Majapahit, Dibentengi Gapura Megah dengan Alun-alun yang Dikelilingi Jalur Air
"Perpecahan di Kartosuro antara Amangkurat III dan Pangeran Puger diketahui pihak Belanda. Belanda yang masih menyimpan dendam, konflik tersebut dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk memecah belah dengan mendekati Pangeran Puger dengan memberi janji akan mengangkat Puger menjadi raja tapi harus melawan Amangkurat III," terang Putra juru kunci Situs Keraton Kartosuro, Raden Tumenggung Kerti Hastono Putra, Suryolesmana di Situs Keraton Kartosuro, Kecamatan Kartosuro, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Taktik Belanda memecah belah Keraton Kartosuro berhasil. Seperti yang pernah terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta yang mana sempat terjadi raja kembar, saat itu di Keraton Kartosuro juga terjadi ada dua raja kembar. Belanda secara resmi mengangkat Pangeran Puger menjadi Paku Buwono I. Dengan dibantu oleh Belanda, Paku Buwono (PB) I menggempur Amangkurat III.
Marah dengan sikap Belanda, akhirnya Amangkurat III tidak mau bekerja sama lagi dengan Belanda dan akhirnya memilih menyusul ke Bangil Pasuruan. Karena di Bangil, Pasuruan, Amangkurat III mengetahui disana ada teman bapaknya Amangkurat II yaitu Untung Suropati. Sedangkan sepeninggal Amangkurat III, Pangeran Puger yang sudah bergelar Paku Buwono (PB) I menguasai Keraton Kartosuro yang berpihak pada Belanda.
"Amangkurat III memerintah kurang lebih selama 2 tahun (1703 1705) setelah itu terusir oleh pangeran Puger yang kemudian menjadi raja dan bergelar Sinuhun Paku Buwono I
atas bantuan Belanda," paparnya seperti dikutip Okezone.
Belanda yang mengetahui Amangkurat III lari ke Bangil, Pasuruan tidak tinggal diam. Dengan pasukannya,Belanda mengejar keberadaan Amangkurat III sampai ke Bangil Pasuruan. Dalam pertempuran itu Untung Suropati tertembak dan meninggal. Sedang Amangkurat III tertangkap dan diasingkan ke Sailon (Srilanka) hingga meninggal dan di makamkan juga di sana.
"Setelah Pakubuono I mangkat tahta beralih pada Amangkurat IV. Dulu nanti setelah itu baru digantikan oleh PB II," jelasnya.