Kisah Pergolakan di Kraton Jogja usai Sri Sultan HB IV Wafat di Usia Muda

Kamis, 16 Januari 2025 - 07:28 WIB
loading...
Kisah Pergolakan di...
Pergolakan para bangsawan di lingkungan Kraton Yogyakarta muncul setelah Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IV wafat di usia 18 tahun pada 16 Desember 1822. Foto/kratonjogja
A A A
YOGYAKARTA - Pergolakan para bangsawan di lingkungan Keraton Yogyakarta (Kraton Jogja) muncul setelah Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IV wafat pada 16 Desember 1822.

Wafatnya Sultan di usia 18 tahun itu dianggap sebagai peristiwa pembunuhan yang membuat sempat ada tuduhan antar kelompok bangsawan.

Tapi akhirnya tidak pernah terungkap apakah wafatnya Sri Sultan HB IV karena dibunuh atau memang jalan takdirnya.

Pergolakan di internal istana Keraton Yogyakarta terkait siapa yang akan dinobatkan sebagai Sultan, karena persaingan antar bangsawan sangat tajam.

i

Dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia", calon utamanya adalah Pangeran Paku Alam, yang pernah menjadi Wali Sultan, yaitu Sultan Jarot.

Akan tetapi, beberapa bangsawan menolak, karena tatkala menjadi Wali Sultan ia banyak berbuat kesalahan.



Residen Belanda di Yogyakarta Baron de Salis meminta Pangeran Diponegoro sebagai penggantinya. Akan tetapi Pangeran Diponegoro menolak.

Pangeran Diponegoro juga keberatan kalau pemerintah menunjuk RM Menol, yang masih berusia dua tahun sebagai Sultan pengganti ayahnya. Ada tiga alasan penolakan pelantikan Sultan yang masih berusia anak-anak oleh Pangeran Diponegoro.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1884 seconds (0.1#10.24)