Momen Gayatri Panggil Gajah Mada Pasca Sumpah Palapa yang Berujung Konflik di Istana Majapahit

Selasa, 25 Oktober 2022 - 06:31 WIB
loading...
Momen Gayatri Panggil...
Ilustrasi Gajah Mada.
A A A
Friksi internal saat pengucapan pidato pelantikan Gajah Mada sebagai mahapatih Kerajaan Majapahit menimbulkan kehebohan. Apalagi saat itu satu pejabat istana yakni Menteri Keamanan dalam negeri Saden terbunuh di momen itu.

Gayatri yang sudah menjadi pendeta agama pun terpaksa turun gunung kembali masuk ke istana. Ia memanggil Gajah Mada menghadap dirinya. Sebagaimana dikisahkan Earl Drake, pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", Gayatri ibu dari Tribhuwana Tunggadewi masih begitu dihormati di istana Kerajaan Majapahit.

Hal itulah yang membuat Gajah Mada segan terhadap sosok Gayatri. Kepada Gajah Mada, Gayatri menyatakan mengkhawatirkan siasat Gajah Mada dalam merepresentasikan rencananya itu dengan tiba-tiba. Pasalnya itu berakibat munculnya reaksi negatif di majelis yang muncul setelah presentasi tersebut.

Baca juga: Penampakan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Berbaju Oranye Digiring ke Mobil Tahanan

Gayatri memberi selamat kepada Gajah Mada yang setia mendukung kebijakan lama Kertanagara untuk menyatukan seluruh negeri di nusantara di bawah Majapahit. Namun setelah itu ia meminta dengan selembut dan sesantun mungkin, agar Gajah Mada menjelaskan mengapa ia terlalu lugas dan keras dalam presentasi pertamanya sebagai mahapatih.

Apa tujuan taktis yang hendak dicapainya? apakah menurutnya rencana itu akan berhasil? Sejenak Gajah Mada membisu diam seraya menyatukan kepingan - kepingan gagasan dalam kepalanya. Ia ingin Gayatri memahami apa yang telah ia lakukan. Kemudian dengan runtut dan fasihnya ia angkat bicara menjawab pertanyaan Gayatri.

Gajah Mada menjelaskan bertahun-tahun selama penantiannya menduduki kursi mahapatih Majapahit. Ia punya banyak waktu untuk memikirkan tujuan - tujuan yang diraihnya kelak saat menjabat. Ia yakin takdir telah menyerunya untuk memenuhi impian - impian kuno para leluhur, yakni menyatukan seluruh kawasan di bawah bendera Majapahit.

Sebagian besar ancaman dari luar dan pemberontakan dari dalam yang dulu sempat menjadi rintangan telah berhasil dilumpuhkan, sehingga menurut Gajah Mada sekarang adalah waktu tepat untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut.

Gajah Mada hanya memikirkan apakah Majapahit harus menggunakan cara penguasaan secara bertahap dan halus, atau mengumumkannya secara langsung dan tegas ke seluruh wilayah. Mengingat pendahulunya Arya Tadah memilih pendekatan berhati-hati dan waspada.

Hal yang diakui Gajah Mada ke Gayatri berbeda dengan pribadi dirinya. Ia sosok tak sabaran, baginya yang utama adalah hasil. Meski ia mengakui pentingnya bergerak secara bertahap dan halus, bagi Gajah Mada tindakan dan pernyataan lugas tetap dibutuhkan pada waktu yang tepat.

Inilah yang mendorong dirinya secara gamblang dan jelas membeberkan arah kebijakan dalam rapat perdana majelis. Ia ingin tahu siapa saja yang sejak awal mendukungnya.

Namun kepada Gayatri, Gajah Mada tak pernah menduga hasilnya akan seperti itu. Ia mengira hanya Kembar yang akan menentangnya apapun yang ia usulkan. Tetapi justru banyak anggota majelis kerajaan yang menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap rencananya. Yang paling menyakitkan adalah ketika Kembar menghinanya untuk kedua kalinya.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2289 seconds (0.1#10.140)