Sosok Sabdo Palon, Peramal Ulung Penjaga Tanah Jawa yang Misterius
loading...
A
A
A
Jika diterjemahkan, syair tersebut bisa dimaknai: "Menurut cerita kuno dari para leluhur yang memiliki kelebihan dalam spiritual, semua cerita yang disampaikan para leluhur telah tertulis dalam kitab Jangka. Kelak umat manusia di bumi akan tinggal separuh. Mereka bisa bertahan hidup dengan berusaha menjauhkan diri dari marabahaya, dengan cara membaca, meresapi, dan menjalankan ajaran-ajaran para leluhur,".
Sebagai adbi dari Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdo Palon akhirnya berpisah dengan junjungannya tersebut. Bahkan, sebelum berpisah, Sabdo Palon sempat mengucapkan jani, yakni "Saya akan datang 500 tahun lagi guna menagih janji".
Kisah tentang Sabdo Palon ini, muncul di masa akhir Majapahit, yakni sekitar tahun 1453-1478. sabdo Palon muncul di dua sumber utama, yakni Serat Darmagandhul, dan ramalan Joyoboyo yang diduga ditulis pada tahun 1135-1157.
Peri Mardiyono menuliskan, kedua sumber tentang Sabdo Palon tersebut, sebenarnya menggambarkan konflik sosial dan konflik keagamaan menjelang runtuhnya Majapahit yang memilukan. Kisah runtuhnya Majapahit itu sangat memilukan, hingga Sabdo Palon mengucapkan janji akan kembali 500 tahun kemudian.
Sebagian orang juga mempercaya Sabdo Palon sebagai Sang Hyang Semar, yang dipercaya akan mengembalikan kejayaan Jawa. Dalam serat Dharmagandhul, juga menceritakan tentang pertemuan Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya, dan Sabdo Palon di wilayah Blambangan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut, Sunan Kalijaga menemukan Prabu Brawijaya tengah lari ke Blambangan, untuk meminta bantuan ke Bali dan China. Namun upaya itu dapat dicegah berkat kelihaian Sunan Kali Jaga.
Dalam pertemuan itulah, akhirnya Sabdo Palon menyatakan berpisah dari Prabu Brawijaya. Dan Sabdo Palon juga mengungkapkan dirinya merupakan Manik Maya atau Semar. Bagi orang Jawa yang memegang mistisme Jawa, meyakini Semar merupakan manusia setengah Dewa.
Semar dipercaya sebagai utusan Gusti Kang Murbeng Dumadi, untuk melaksanakan tugas menjaga manusia, agar manusia selalu bersujud dan berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa menempuh jalan kebaikan. Semar juga dipercaya senantiasa mengajarkan cara berbudi pekerti luhur kepada manusia.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Sebagai adbi dari Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdo Palon akhirnya berpisah dengan junjungannya tersebut. Bahkan, sebelum berpisah, Sabdo Palon sempat mengucapkan jani, yakni "Saya akan datang 500 tahun lagi guna menagih janji".
Kisah tentang Sabdo Palon ini, muncul di masa akhir Majapahit, yakni sekitar tahun 1453-1478. sabdo Palon muncul di dua sumber utama, yakni Serat Darmagandhul, dan ramalan Joyoboyo yang diduga ditulis pada tahun 1135-1157.
Peri Mardiyono menuliskan, kedua sumber tentang Sabdo Palon tersebut, sebenarnya menggambarkan konflik sosial dan konflik keagamaan menjelang runtuhnya Majapahit yang memilukan. Kisah runtuhnya Majapahit itu sangat memilukan, hingga Sabdo Palon mengucapkan janji akan kembali 500 tahun kemudian.
Sebagian orang juga mempercaya Sabdo Palon sebagai Sang Hyang Semar, yang dipercaya akan mengembalikan kejayaan Jawa. Dalam serat Dharmagandhul, juga menceritakan tentang pertemuan Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya, dan Sabdo Palon di wilayah Blambangan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut, Sunan Kalijaga menemukan Prabu Brawijaya tengah lari ke Blambangan, untuk meminta bantuan ke Bali dan China. Namun upaya itu dapat dicegah berkat kelihaian Sunan Kali Jaga.
Dalam pertemuan itulah, akhirnya Sabdo Palon menyatakan berpisah dari Prabu Brawijaya. Dan Sabdo Palon juga mengungkapkan dirinya merupakan Manik Maya atau Semar. Bagi orang Jawa yang memegang mistisme Jawa, meyakini Semar merupakan manusia setengah Dewa.
Semar dipercaya sebagai utusan Gusti Kang Murbeng Dumadi, untuk melaksanakan tugas menjaga manusia, agar manusia selalu bersujud dan berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa menempuh jalan kebaikan. Semar juga dipercaya senantiasa mengajarkan cara berbudi pekerti luhur kepada manusia.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(eyt)