Sosok Sabdo Palon, Peramal Ulung Penjaga Tanah Jawa yang Misterius
loading...
A
A
A
Majapahit sebagai kerajaan besar penguasa Nusantara, semakin menuju langkah surut sepeninggal Raja Hayam Wuruk, dan Mahapatih Gajah Mada. Perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan, terus berkecamuk di lingkungan keraton.
Serangan Kadiri, hingga lahirnya kekuasaan Kesultanan Demak, yang didirikan Raden Patah dengan dukungan Wali Songo, turut mempercepat surutnya kekuasaan Majapahit di tanah Nusantara.
Brawijaya V atau juga disebut sebagai Bhre Kertabhumi, yang merupakan ayah dari Raden Patah, disebut-sebut sebagai raja terakhir dari Majapahit. Bahkan, misteri masih menyelimuti di masa akhir kekuasaan Brawijaya V.
Banyak cerita rakyat dan kisah-kisah tentang Brawijaya V yang bermunculan di berbagai daerah, termasuk di wilayah pesisir selatan Jogjakarta yang dipercaya sebagai tempat muksa Brawijaya V. Selain itu, Brawijaya V juga dipercaya muksa di Gunung Lawu.
Di antara selimut misteri tentang Brawijaya V, juga muncul tokoh misterius di masa kekuasaan Brawijaya V, yakni Sabdo Palon Noyogenggong. Tak banyak orang mengenal sosok Sabdo Palon. Bahkan, sosoknya juga disebut sebagai tokoh mitologis.
Dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Kelam Majapahit: Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit", Peri Mardiyono menyebutkan, sosok Sabdo Palon selalu dihubungkan dengan kekelaman dan keruntuhan Majapahit, karena kisahnya ada di masa Brawijaya V.
Sabdo Palon muncul dalam Serat Darmagandhul. Dalam serat berbahasa Jawa ngoko itu, disebutkan bahwa Sabdo Palon tidak bisa menerima ketika Brawijaya digulingkan pada tahun 1478 oleh tentara Demak. Bahkan dia bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, untuk mengembalikan kebudayaan Jawa.
Selain dalam Serat Darmagandhul, disebutkan oleh Peri Mardiyono, kisah Sabdo Palon juga muncul dalam Serat Damarwulan, dan Serat Blambangan. "Tokoh Sabdo Palon sangat dihormati di kalangan umat Hindu dan Budha di Jawa, serta kalangan aliran Kejawen," ungkap Peri Mardiyono dalam bukunya.
Petuah dan ajaran Sabdo Palon, juga dijadikan kitab yang mengajarkan tentang asal mula Kabupaten Pati. Sosok Sabdo Palon, juga sering dikaitkan dengan Noyogengging, yang dipercaya sebagai penasehat Brawijaya V.
Dikisahkan, Sabdo Palon, dan Noyogenggong, selalu mengiringi raja-raja Jawa di masa Hindu-Budha. Bahkan, keberadaannya juga dipercaya sudah ada sejak masa Majapahit dipimpin Ratu Trubhuwanatunggadewi. Dan keberedaraan tetap setia hingga Majapahit dipimpin Brawijaya V.
Ada pula yang menyebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong, sebagai Sapu Angin dan Sapu Jagad. Peri Mardiyono menyebutkan, dalam sejumlah kisah disebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong bukanlah nama asli dari penasehat raja Majapahit tersebut, namun merupakan gelar dari tugas yang diembannya.
Sabdo memiliki arti seseorang yang mampu memberikan nasihat dan ajaran. Sedangkan Palon, memiliki arti kebenaran yang bergema di alam semesta. Sehingga ketika digabungkan, Sabdo Palon memiliki makna seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran dan berani menanggung konsekuensi logisnya.
Sementara itu Noyogenggong, disebut Peri Mardiyono juga berasal dari dua kata, yakni Noyo yang bermakna abdi dan Genggong yang memiliki arti mengulang-ulang suara. Nayagenggong, bisa diartikan sebagai abdi yang mengingatkan raja tentang kebenaran, dan berani menanggung akibatnya.
Sabdo Palon ternyata juga banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang diyakini sebagai karya Ronggowarsito. Pada penghujung Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang kemudian dikenal sebagai Sabdo Palon Nagih Janji, Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali.
Dalam syair tersebut, Sabdo Palon menyebutkan, tanda-tanda alam dan sosial kemasyarakatan akan muncul disaat dia akan kembali. Serat tersebut, juga meramalkan terjadinya huru-hara, yang berbunyi: "Miturut carita kuna, wecane janma linuwih, kang wus kocap aneng jangka, manungsa sirna sepalih, dene ta kang bisa urip yekti ana saratipun, karya nulak kang bebaya, kalisse bebaya yekti, ngulatana kang wineca para kuna,".
Jika diterjemahkan, syair tersebut bisa dimaknai: "Menurut cerita kuno dari para leluhur yang memiliki kelebihan dalam spiritual, semua cerita yang disampaikan para leluhur telah tertulis dalam kitab Jangka. Kelak umat manusia di bumi akan tinggal separuh. Mereka bisa bertahan hidup dengan berusaha menjauhkan diri dari marabahaya, dengan cara membaca, meresapi, dan menjalankan ajaran-ajaran para leluhur,".
Sebagai adbi dari Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdo Palon akhirnya berpisah dengan junjungannya tersebut. Bahkan, sebelum berpisah, Sabdo Palon sempat mengucapkan jani, yakni "Saya akan datang 500 tahun lagi guna menagih janji".
Kisah tentang Sabdo Palon ini, muncul di masa akhir Majapahit, yakni sekitar tahun 1453-1478. sabdo Palon muncul di dua sumber utama, yakni Serat Darmagandhul, dan ramalan Joyoboyo yang diduga ditulis pada tahun 1135-1157.
Peri Mardiyono menuliskan, kedua sumber tentang Sabdo Palon tersebut, sebenarnya menggambarkan konflik sosial dan konflik keagamaan menjelang runtuhnya Majapahit yang memilukan. Kisah runtuhnya Majapahit itu sangat memilukan, hingga Sabdo Palon mengucapkan janji akan kembali 500 tahun kemudian.
Sebagian orang juga mempercaya Sabdo Palon sebagai Sang Hyang Semar, yang dipercaya akan mengembalikan kejayaan Jawa. Dalam serat Dharmagandhul, juga menceritakan tentang pertemuan Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya, dan Sabdo Palon di wilayah Blambangan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut, Sunan Kalijaga menemukan Prabu Brawijaya tengah lari ke Blambangan, untuk meminta bantuan ke Bali dan China. Namun upaya itu dapat dicegah berkat kelihaian Sunan Kali Jaga.
Dalam pertemuan itulah, akhirnya Sabdo Palon menyatakan berpisah dari Prabu Brawijaya. Dan Sabdo Palon juga mengungkapkan dirinya merupakan Manik Maya atau Semar. Bagi orang Jawa yang memegang mistisme Jawa, meyakini Semar merupakan manusia setengah Dewa.
Semar dipercaya sebagai utusan Gusti Kang Murbeng Dumadi, untuk melaksanakan tugas menjaga manusia, agar manusia selalu bersujud dan berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa menempuh jalan kebaikan. Semar juga dipercaya senantiasa mengajarkan cara berbudi pekerti luhur kepada manusia.
Baca Juga
Serangan Kadiri, hingga lahirnya kekuasaan Kesultanan Demak, yang didirikan Raden Patah dengan dukungan Wali Songo, turut mempercepat surutnya kekuasaan Majapahit di tanah Nusantara.
Brawijaya V atau juga disebut sebagai Bhre Kertabhumi, yang merupakan ayah dari Raden Patah, disebut-sebut sebagai raja terakhir dari Majapahit. Bahkan, misteri masih menyelimuti di masa akhir kekuasaan Brawijaya V.
Baca Juga
Banyak cerita rakyat dan kisah-kisah tentang Brawijaya V yang bermunculan di berbagai daerah, termasuk di wilayah pesisir selatan Jogjakarta yang dipercaya sebagai tempat muksa Brawijaya V. Selain itu, Brawijaya V juga dipercaya muksa di Gunung Lawu.
Di antara selimut misteri tentang Brawijaya V, juga muncul tokoh misterius di masa kekuasaan Brawijaya V, yakni Sabdo Palon Noyogenggong. Tak banyak orang mengenal sosok Sabdo Palon. Bahkan, sosoknya juga disebut sebagai tokoh mitologis.
Dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Kelam Majapahit: Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit", Peri Mardiyono menyebutkan, sosok Sabdo Palon selalu dihubungkan dengan kekelaman dan keruntuhan Majapahit, karena kisahnya ada di masa Brawijaya V.
Sabdo Palon muncul dalam Serat Darmagandhul. Dalam serat berbahasa Jawa ngoko itu, disebutkan bahwa Sabdo Palon tidak bisa menerima ketika Brawijaya digulingkan pada tahun 1478 oleh tentara Demak. Bahkan dia bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, untuk mengembalikan kebudayaan Jawa.
Selain dalam Serat Darmagandhul, disebutkan oleh Peri Mardiyono, kisah Sabdo Palon juga muncul dalam Serat Damarwulan, dan Serat Blambangan. "Tokoh Sabdo Palon sangat dihormati di kalangan umat Hindu dan Budha di Jawa, serta kalangan aliran Kejawen," ungkap Peri Mardiyono dalam bukunya.
Baca Juga
Petuah dan ajaran Sabdo Palon, juga dijadikan kitab yang mengajarkan tentang asal mula Kabupaten Pati. Sosok Sabdo Palon, juga sering dikaitkan dengan Noyogengging, yang dipercaya sebagai penasehat Brawijaya V.
Dikisahkan, Sabdo Palon, dan Noyogenggong, selalu mengiringi raja-raja Jawa di masa Hindu-Budha. Bahkan, keberadaannya juga dipercaya sudah ada sejak masa Majapahit dipimpin Ratu Trubhuwanatunggadewi. Dan keberedaraan tetap setia hingga Majapahit dipimpin Brawijaya V.
Ada pula yang menyebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong, sebagai Sapu Angin dan Sapu Jagad. Peri Mardiyono menyebutkan, dalam sejumlah kisah disebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong bukanlah nama asli dari penasehat raja Majapahit tersebut, namun merupakan gelar dari tugas yang diembannya.
Sabdo memiliki arti seseorang yang mampu memberikan nasihat dan ajaran. Sedangkan Palon, memiliki arti kebenaran yang bergema di alam semesta. Sehingga ketika digabungkan, Sabdo Palon memiliki makna seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran dan berani menanggung konsekuensi logisnya.
Sementara itu Noyogenggong, disebut Peri Mardiyono juga berasal dari dua kata, yakni Noyo yang bermakna abdi dan Genggong yang memiliki arti mengulang-ulang suara. Nayagenggong, bisa diartikan sebagai abdi yang mengingatkan raja tentang kebenaran, dan berani menanggung akibatnya.
Sabdo Palon ternyata juga banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang diyakini sebagai karya Ronggowarsito. Pada penghujung Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang kemudian dikenal sebagai Sabdo Palon Nagih Janji, Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali.
Dalam syair tersebut, Sabdo Palon menyebutkan, tanda-tanda alam dan sosial kemasyarakatan akan muncul disaat dia akan kembali. Serat tersebut, juga meramalkan terjadinya huru-hara, yang berbunyi: "Miturut carita kuna, wecane janma linuwih, kang wus kocap aneng jangka, manungsa sirna sepalih, dene ta kang bisa urip yekti ana saratipun, karya nulak kang bebaya, kalisse bebaya yekti, ngulatana kang wineca para kuna,".
Jika diterjemahkan, syair tersebut bisa dimaknai: "Menurut cerita kuno dari para leluhur yang memiliki kelebihan dalam spiritual, semua cerita yang disampaikan para leluhur telah tertulis dalam kitab Jangka. Kelak umat manusia di bumi akan tinggal separuh. Mereka bisa bertahan hidup dengan berusaha menjauhkan diri dari marabahaya, dengan cara membaca, meresapi, dan menjalankan ajaran-ajaran para leluhur,".
Sebagai adbi dari Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdo Palon akhirnya berpisah dengan junjungannya tersebut. Bahkan, sebelum berpisah, Sabdo Palon sempat mengucapkan jani, yakni "Saya akan datang 500 tahun lagi guna menagih janji".
Kisah tentang Sabdo Palon ini, muncul di masa akhir Majapahit, yakni sekitar tahun 1453-1478. sabdo Palon muncul di dua sumber utama, yakni Serat Darmagandhul, dan ramalan Joyoboyo yang diduga ditulis pada tahun 1135-1157.
Peri Mardiyono menuliskan, kedua sumber tentang Sabdo Palon tersebut, sebenarnya menggambarkan konflik sosial dan konflik keagamaan menjelang runtuhnya Majapahit yang memilukan. Kisah runtuhnya Majapahit itu sangat memilukan, hingga Sabdo Palon mengucapkan janji akan kembali 500 tahun kemudian.
Sebagian orang juga mempercaya Sabdo Palon sebagai Sang Hyang Semar, yang dipercaya akan mengembalikan kejayaan Jawa. Dalam serat Dharmagandhul, juga menceritakan tentang pertemuan Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya, dan Sabdo Palon di wilayah Blambangan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut, Sunan Kalijaga menemukan Prabu Brawijaya tengah lari ke Blambangan, untuk meminta bantuan ke Bali dan China. Namun upaya itu dapat dicegah berkat kelihaian Sunan Kali Jaga.
Dalam pertemuan itulah, akhirnya Sabdo Palon menyatakan berpisah dari Prabu Brawijaya. Dan Sabdo Palon juga mengungkapkan dirinya merupakan Manik Maya atau Semar. Bagi orang Jawa yang memegang mistisme Jawa, meyakini Semar merupakan manusia setengah Dewa.
Semar dipercaya sebagai utusan Gusti Kang Murbeng Dumadi, untuk melaksanakan tugas menjaga manusia, agar manusia selalu bersujud dan berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa menempuh jalan kebaikan. Semar juga dipercaya senantiasa mengajarkan cara berbudi pekerti luhur kepada manusia.
(eyt)