Sosok Sabdo Palon, Peramal Ulung Penjaga Tanah Jawa yang Misterius
loading...
A
A
A
Selain dalam Serat Darmagandhul, disebutkan oleh Peri Mardiyono, kisah Sabdo Palon juga muncul dalam Serat Damarwulan, dan Serat Blambangan. "Tokoh Sabdo Palon sangat dihormati di kalangan umat Hindu dan Budha di Jawa, serta kalangan aliran Kejawen," ungkap Peri Mardiyono dalam bukunya.
Petuah dan ajaran Sabdo Palon, juga dijadikan kitab yang mengajarkan tentang asal mula Kabupaten Pati. Sosok Sabdo Palon, juga sering dikaitkan dengan Noyogengging, yang dipercaya sebagai penasehat Brawijaya V.
Dikisahkan, Sabdo Palon, dan Noyogenggong, selalu mengiringi raja-raja Jawa di masa Hindu-Budha. Bahkan, keberadaannya juga dipercaya sudah ada sejak masa Majapahit dipimpin Ratu Trubhuwanatunggadewi. Dan keberedaraan tetap setia hingga Majapahit dipimpin Brawijaya V.
Ada pula yang menyebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong, sebagai Sapu Angin dan Sapu Jagad. Peri Mardiyono menyebutkan, dalam sejumlah kisah disebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong bukanlah nama asli dari penasehat raja Majapahit tersebut, namun merupakan gelar dari tugas yang diembannya.
Sabdo memiliki arti seseorang yang mampu memberikan nasihat dan ajaran. Sedangkan Palon, memiliki arti kebenaran yang bergema di alam semesta. Sehingga ketika digabungkan, Sabdo Palon memiliki makna seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran dan berani menanggung konsekuensi logisnya.
Sementara itu Noyogenggong, disebut Peri Mardiyono juga berasal dari dua kata, yakni Noyo yang bermakna abdi dan Genggong yang memiliki arti mengulang-ulang suara. Nayagenggong, bisa diartikan sebagai abdi yang mengingatkan raja tentang kebenaran, dan berani menanggung akibatnya.
Sabdo Palon ternyata juga banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang diyakini sebagai karya Ronggowarsito. Pada penghujung Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang kemudian dikenal sebagai Sabdo Palon Nagih Janji, Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali.
Dalam syair tersebut, Sabdo Palon menyebutkan, tanda-tanda alam dan sosial kemasyarakatan akan muncul disaat dia akan kembali. Serat tersebut, juga meramalkan terjadinya huru-hara, yang berbunyi: "Miturut carita kuna, wecane janma linuwih, kang wus kocap aneng jangka, manungsa sirna sepalih, dene ta kang bisa urip yekti ana saratipun, karya nulak kang bebaya, kalisse bebaya yekti, ngulatana kang wineca para kuna,".
Baca Juga
Petuah dan ajaran Sabdo Palon, juga dijadikan kitab yang mengajarkan tentang asal mula Kabupaten Pati. Sosok Sabdo Palon, juga sering dikaitkan dengan Noyogengging, yang dipercaya sebagai penasehat Brawijaya V.
Dikisahkan, Sabdo Palon, dan Noyogenggong, selalu mengiringi raja-raja Jawa di masa Hindu-Budha. Bahkan, keberadaannya juga dipercaya sudah ada sejak masa Majapahit dipimpin Ratu Trubhuwanatunggadewi. Dan keberedaraan tetap setia hingga Majapahit dipimpin Brawijaya V.
Ada pula yang menyebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong, sebagai Sapu Angin dan Sapu Jagad. Peri Mardiyono menyebutkan, dalam sejumlah kisah disebutkan, Sabdo Palon dan Noyogenggong bukanlah nama asli dari penasehat raja Majapahit tersebut, namun merupakan gelar dari tugas yang diembannya.
Sabdo memiliki arti seseorang yang mampu memberikan nasihat dan ajaran. Sedangkan Palon, memiliki arti kebenaran yang bergema di alam semesta. Sehingga ketika digabungkan, Sabdo Palon memiliki makna seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran dan berani menanggung konsekuensi logisnya.
Sementara itu Noyogenggong, disebut Peri Mardiyono juga berasal dari dua kata, yakni Noyo yang bermakna abdi dan Genggong yang memiliki arti mengulang-ulang suara. Nayagenggong, bisa diartikan sebagai abdi yang mengingatkan raja tentang kebenaran, dan berani menanggung akibatnya.
Sabdo Palon ternyata juga banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang diyakini sebagai karya Ronggowarsito. Pada penghujung Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, yang kemudian dikenal sebagai Sabdo Palon Nagih Janji, Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali.
Dalam syair tersebut, Sabdo Palon menyebutkan, tanda-tanda alam dan sosial kemasyarakatan akan muncul disaat dia akan kembali. Serat tersebut, juga meramalkan terjadinya huru-hara, yang berbunyi: "Miturut carita kuna, wecane janma linuwih, kang wus kocap aneng jangka, manungsa sirna sepalih, dene ta kang bisa urip yekti ana saratipun, karya nulak kang bebaya, kalisse bebaya yekti, ngulatana kang wineca para kuna,".