Kisah Kedigdayaan Sultan Mahmud Syah III, Habisi Pasukan Belanda hingga Tak Bersisa

Kamis, 21 April 2022 - 07:00 WIB
loading...
A A A
Tepat di dekat pelabuhan tempat kapal besar pengangkut barang dagangan itu merapat, pertempuran hebat tak dapat terelakkan lagi. Pasukan Sultan Mahmud Syah III, dengan gagah berani menggempur dan menghabisi satu garnisun pasukan Belanda yang ditempatkan di Hulu Riau.



Serangan mematikan itu, berhasil mengalahkan Belanda di Riau-Lingga pada bulan Mei 1787. Akibat dari serangan mematikan dari pasukan Sultan Mahmud Syah III itu, membuat pasukan Belanda kocar-kacir. Residen Belanda yang baru di tempatkan di Hulu Riau, David Ruhde harus melarikan diri ke Melaka, untuk menyelamatkan diri dari serangan Sultan Mahmud Syah III.

Sultan Mahmud Syah III, memiliki gelar Paduka Sri al-Wakil al-Imam Sultan Mahmud Riayat Syah Zilullah fil-Alam Khalifat ul-Muminin ibni al-Marhum Sultan Abdul Jalil Syah. Dia merupakan Sultan dan Yang di Pertuan Besar Johor Pahang Riau Lingga ke-15. Memerintah selama tahun 1770-1881.

Selaku Sultan, Mahmud Syah III memimpin wilayah kesultanannya dengan dibantu empat orang Yang Dipertuan Muda (YDM), yakni YDM Daeng Kemboja (1745-1777), YDM Raja Haji Fisabilillah (1777-1784), YDM Raja Ali (1784-1805), dan YDM Raja Jaafar (1805-1831).

Berkat peran dan perjuangannya bagi negara, Presiden Joko Widodo menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmud Syah III. Penganugerahan gelar pahlawan nasional ini, dilangsungkan di Istana Negara pada Kamis (9/11/2017).

Sultan Mahmud Syah III naik takhta pada usia sekitar 14 tahun menggantikan kakaknya, Ahmad Riayat Syah. Pelantikan Mahmud Syah III sebagai sultan digambarkan dalam Tuhfat al-Nafis dengan suasana yang sangat meriah.



Ia digendong menuju kursi kebesaran Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga oleh seorang Bugis yang bernama To Kubu. Pada saat pelantikan itu, pihak Bugis dan Melayu sepakat untuk mengakui Mahmud Syah III sebagai Raja Johor-Riau-Lingga yang harus disegani.

Pada awal masa pemerintahannya, jabatan Yang Dipertuan Muda dipegang oleh kepala suku Bugis yang kuat, Daeng Kemboja (menjabat 1745-1777). Baru pada tahun 1777 jabatannya digantikan oleh Raja Haji Fisabilillah (menjabat 1777-1784).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7072 seconds (0.1#10.140)