Dana BOS Belum Cair, Listrik SMPN 3 Makassar Nyaris Diputus
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahap pertama tahun 2022 untuk Kota Makassar rupanya belum cair. Padahal, dana BOS tahap pertama ini seharusnya sudah bisa dimanfaatkan oleh sekolah untuk periode Januari-Maret.
Imbas keterlambatan pencairan dana bantuan ini, keluhan mulai datang dari pihak sekolah. Salah satunya dari SMP Negeri 3 Makassar.
Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Makassar, Kaswadi mengaku dana BOS hingga saat ini belum diterima oleh pihaknya.
Berdasarkan petunjuk teknis, dana BOS seharusnya digunakan untuk 12 item seperti pengembangan perpustakaan, proses pembelajaran, perbaikan, dan kegiatan lainnya.
"Intinya untuk mengcover delapan standar pendidikan di sekolah," ucap Kaswadi.
Selain itu, kata dia, dana BOS juga diperuntukkan membayar biaya operasional rutin sekolah, seperti air, listrik, dan telepon.
Akibat keterlambatan pencairan, Kaswadi terpaksa harus menunda sejumlah kegiatan yang tidak mendesak. Namun, khusus pembayaran listrik, dia mengaku terpaksa meminjam agar listrik sekolah tidak diputus.
"Jadi kami pinjam-pinjam uang dulu. Dari Januari sampai sekarang," ucapnya.
Biaya yang dipinjam pun, dikatakannya bergantung pada besaran kebutuhan. Untuk SMPN 3 sendiri, biaya listrik menghabiskan sekitar Rp6 juta per bulan. Itu belum mencakup biaya air dan telepon. "Kalau tidak dibayar ya pasti diputus," katanya.
Imbas keterlambatan pencairan dana bantuan ini, keluhan mulai datang dari pihak sekolah. Salah satunya dari SMP Negeri 3 Makassar.
Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Makassar, Kaswadi mengaku dana BOS hingga saat ini belum diterima oleh pihaknya.
Berdasarkan petunjuk teknis, dana BOS seharusnya digunakan untuk 12 item seperti pengembangan perpustakaan, proses pembelajaran, perbaikan, dan kegiatan lainnya.
"Intinya untuk mengcover delapan standar pendidikan di sekolah," ucap Kaswadi.
Selain itu, kata dia, dana BOS juga diperuntukkan membayar biaya operasional rutin sekolah, seperti air, listrik, dan telepon.
Akibat keterlambatan pencairan, Kaswadi terpaksa harus menunda sejumlah kegiatan yang tidak mendesak. Namun, khusus pembayaran listrik, dia mengaku terpaksa meminjam agar listrik sekolah tidak diputus.
"Jadi kami pinjam-pinjam uang dulu. Dari Januari sampai sekarang," ucapnya.
Biaya yang dipinjam pun, dikatakannya bergantung pada besaran kebutuhan. Untuk SMPN 3 sendiri, biaya listrik menghabiskan sekitar Rp6 juta per bulan. Itu belum mencakup biaya air dan telepon. "Kalau tidak dibayar ya pasti diputus," katanya.