Kisah Bung Tomo Sowan Kiai Hasyim Asyari Sebelum Bakar Semangat Pertempuan Heroik 10 November 1945

Senin, 28 Maret 2022 - 05:56 WIB
loading...
Kisah Bung Tomo Sowan Kiai Hasyim Asyari Sebelum Bakar Semangat Pertempuan Heroik 10 November 1945
Sutomo atau akrab disapa Bung Tomo, menjadi salah satu tokoh penggerak dalam pertempuran heroik 10 November 1945. Foto/ist.
A A A
Suara dentuman bom yang berjatuhan di berbagai sudut Kota Surabaya, berpadu dengan rentetan letusan senapan mesin tentara Sekutu. Hari itu, Kota Surabaya, banjir darah. Rakyat dan pejuang kemerdekaan Indonesia, harus berhadapan dengan keganasan mesin perang Sekutu.



Di tengah pertempuran yang tak seimbang itu, para pejuang kemerdekaan dan rakyat tak surut langkah sedikitpun. Semangat mereka terus berkobar untuk melenyapkan para penjajah, meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing dan keris.



Sehari sebelumnya, suara menggelegar dari Bung Tomo, disiarkan langsung melalui radio-radio. Pidato berapi-api itu, membakar semangat semua elemen anak bangsa untuk turun ke gelanggang perang, menghadang tank-tank musuh, dan mortir-mortir yang dimuntahkan dari meriam-meriah besar.



Suara Bung Tomo memekikkan kata "Merdeka!!!" menggerakan ribuan anak muda untuk angkat senjata. Namun siapa sangka, keberanian Bung Tomo membakar semangat para pejuang itu, juga tak luput dari peran Kiai Hasyim Asyari.

Dalam setiap menutup pidatonya yang berapi-api, Bung Tomo selalu menyematkan pekik kata takbir "Allahu Akbar!!!" dengan penuh ledakan semangat. Dilansir dari jatim.nu.or.id, kata "Allahu Akbar" yang berarti Allah maha besar itu, disematkan Bung Tomo dalam setiap pidatonya, karena terinspirasi dari Kiai Hasyim Asyari.

Pekikan takbir di setiap penutup pidato Bung Tomo, tak hanya memantik semangat para kaum muslim saja. Rakyat dan pejuang yang tak beragama Islam pun, tergetar dan tumbuh semangat untuk bertempur bertaruh nyawa menghadapi pasukan musuh.

Bung Tomo selalu memekikkan takbir di akhir pidatonya, atas saran Kiai Hasyim Asyari. Kedekatan Bung Tomo dengan kiai pendidir Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, sudah terjadi cukup lama, yakni sejak Bung Tomo menjadi wartawan kantor berita Jepang, Domei.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3451 seconds (0.1#10.140)