Penguatan Toleransi dan Moderasi Beragama Jadi Prioritas Cegah Intoleransi
loading...
A
A
A
Kedua, penyelesaian melalui musyawarah mufakakat, dialog, saling pengertian dan memahami yang mendorong kesadaran untuk kembali menjadi saudara sebangsa dan setanah air.
"Dengan kesadaran tersebut, akan terbangun kehidupan yang guyub, rukun serta masyarakat dapat meluapkan aksi bela rasa yang lemah dan tersisih, juga menyadari nilai kemanusiaannya," kata pria yang aktif di berbagai dialog antarumat beragama dan kajian-kajian lainnya di Indonesia ini.
Alumni Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang ini juga memandang pentingnya moderasi beragama sebagai jembatan nilai-nilai toleransi. Apalagi moderasi beragama sudah bukan hal baru bagi bangsa ini.
"Moderasi itu sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia. Dari moderasi akan menghasilkan umat yang toleran terhadap perbedaan. Moderasi juga menjadi bagian dari ekspresi dari cara berbicara bangsa Indoensia untuk hidup berdampingan," jelas salah satu pendiri Pergerakan Manusia Merdeka bersama alm KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Selain itu, perlu program dan upaya yang simultan untuk memaksimalkan program pemerintah terkait moderasi beragama untuk membangun budaya toleransi di tengah masyarakat. Strategi percepatan moderasi beragama dapat dimulai dari lingkup pendidikan.
"Melalui pendidikan, Ini dimulai dari pendidikan keluarga yang mana kita mengenalkan bahwa perbedaan itu indah, dan dikenalkan bahwa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Lalu juga melalui pendidikan di sekolah," ujar Romo Benny
Kedua, memaksimalkan potensi dunia digital, yang menurutnya dapat dilakukan dengan cara memperbanyak konten moderasi dan praktik kehidupan beragama serta konten dalam konteks budaya dan Pancasila.
"Sehingga (melalui konten digital), banyak memperkenalkan indahnya keragaman, kerjasama, kolaborasi meskipun berbeda bisa hidup rukun. Banyak praktek positif di berbagai daerah Indonesia yang bisa diangkat," ungkap pria yang juga Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideology Pancasila (BPIP) ini.
Terakhir, Romo Benny juga menyampaikan pentingnya dukungan dan peran dari para tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk ikut bergerak mendorong percepatan moderasi beragama di Indonesia untuk mewujudkan 2022 sebagai tahun toleransi dan moderasi beragama.
"Dengan kesadaran tersebut, akan terbangun kehidupan yang guyub, rukun serta masyarakat dapat meluapkan aksi bela rasa yang lemah dan tersisih, juga menyadari nilai kemanusiaannya," kata pria yang aktif di berbagai dialog antarumat beragama dan kajian-kajian lainnya di Indonesia ini.
Alumni Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang ini juga memandang pentingnya moderasi beragama sebagai jembatan nilai-nilai toleransi. Apalagi moderasi beragama sudah bukan hal baru bagi bangsa ini.
"Moderasi itu sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia. Dari moderasi akan menghasilkan umat yang toleran terhadap perbedaan. Moderasi juga menjadi bagian dari ekspresi dari cara berbicara bangsa Indoensia untuk hidup berdampingan," jelas salah satu pendiri Pergerakan Manusia Merdeka bersama alm KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Selain itu, perlu program dan upaya yang simultan untuk memaksimalkan program pemerintah terkait moderasi beragama untuk membangun budaya toleransi di tengah masyarakat. Strategi percepatan moderasi beragama dapat dimulai dari lingkup pendidikan.
"Melalui pendidikan, Ini dimulai dari pendidikan keluarga yang mana kita mengenalkan bahwa perbedaan itu indah, dan dikenalkan bahwa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Lalu juga melalui pendidikan di sekolah," ujar Romo Benny
Kedua, memaksimalkan potensi dunia digital, yang menurutnya dapat dilakukan dengan cara memperbanyak konten moderasi dan praktik kehidupan beragama serta konten dalam konteks budaya dan Pancasila.
"Sehingga (melalui konten digital), banyak memperkenalkan indahnya keragaman, kerjasama, kolaborasi meskipun berbeda bisa hidup rukun. Banyak praktek positif di berbagai daerah Indonesia yang bisa diangkat," ungkap pria yang juga Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideology Pancasila (BPIP) ini.
Terakhir, Romo Benny juga menyampaikan pentingnya dukungan dan peran dari para tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk ikut bergerak mendorong percepatan moderasi beragama di Indonesia untuk mewujudkan 2022 sebagai tahun toleransi dan moderasi beragama.