Misteri Pembobol Gudang Emas Majapahit dan Siasat Hayam Wuruk Menjaga Istana
loading...
A
A
A
Dinding istana berlapis emas begitu juga ukiran-ukiran kesatria, bahkan kepala patung kesatria dikelilingi lingkaran emas. Itu menunjukkan Kerajaan Majapahit memiliki kekayaan melimpah, maka wajar gudang emasnya pun harus dijaga ketat.
Gambaran tembok istana yang dilapisi emas dan ukiran-ukiran emas itu diungkapkan Pastur Odorico dalam catatannya usai mengunjungi Kerajaan Majapahit tahun 1322.
Sejarawan Mojokerto, Ayuhannafiq menuturkan, dari buku Pastur Odorico Mattiuzzi yang berjudul "Perjalanan Pastur Odorico" disebutkan bahwa, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat kaya. Bahkan sang pastur sampai terpesona saat singgah di Kota Raja Wilwatikta pada tahun 1322.
Berangkat dari itulah mitos kabut tebal yang selalu menyelimuti wilayah kerajaan Majapahit itu ada. Saat itu, lanjut Yuhan, Tahun 1387, Prabu Hayam Wuruk bermimpi, gudang perbendaharaan yang menyimpan koin-koin emas diselimuti kabut putih pekat. Raja ke-4 Majapahit ini lantas meminta agar penjagaan di gudang penyimpanan itu dijaga ketat.
"Malam berikutnya, memang terjadi kabut di gudang penyimpanan dan terjadi pencurian. Sejumlah koin emas hilang,” katanya.
Kejadian itu berulang hingga dua kali. Saat kali kedua inilah penjaga sempat memergoki dan mengejar pencurinya. Saat dikejar, ternyata pencuri itu masuk ke dalam keraton," imbuhnya.
Kondisi kedaton pun begitu ramai kala itu. Patih Gajah Nggon kala itu ikut serta mengepung kedaton, di mana lokasi itu merupakan tempat peristirahatan Prabu Hayam Wuruk. Gajah Nggon kemudian masuk ke dalam kedaton. Sementara prajurit terus berjaga di luar menunggu aba-aba sang patih.
"Saat dicek Gajah Nggon, ternyata di dalam Kedaton hanya ada Prabu Hayam Wuruk. Tidak ada pencuri. Selang dua tahun kemudian tepatnya 1389, Prabu Hayam Wuruk mangkat. Sejak itu, kabut putih selalu menyelimuti ibu kota kerajaan sampai saat ini. Mitosnya kabut itu adalah cara Hayam Wuruk melindungi Majapahit," terangnya.
Kekayaan yang dimiliki Majapahit bahkan sempat dipamer kepada para tamu istana, salah satunya kepada kerajaan dari Tirai Bambu, China saat dijamu di Kolam Segaran yang juga menjadi tempat berwisata bagi petinggi Kerajaan Majapahit.
Gambaran tembok istana yang dilapisi emas dan ukiran-ukiran emas itu diungkapkan Pastur Odorico dalam catatannya usai mengunjungi Kerajaan Majapahit tahun 1322.
Sejarawan Mojokerto, Ayuhannafiq menuturkan, dari buku Pastur Odorico Mattiuzzi yang berjudul "Perjalanan Pastur Odorico" disebutkan bahwa, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat kaya. Bahkan sang pastur sampai terpesona saat singgah di Kota Raja Wilwatikta pada tahun 1322.
Berangkat dari itulah mitos kabut tebal yang selalu menyelimuti wilayah kerajaan Majapahit itu ada. Saat itu, lanjut Yuhan, Tahun 1387, Prabu Hayam Wuruk bermimpi, gudang perbendaharaan yang menyimpan koin-koin emas diselimuti kabut putih pekat. Raja ke-4 Majapahit ini lantas meminta agar penjagaan di gudang penyimpanan itu dijaga ketat.
"Malam berikutnya, memang terjadi kabut di gudang penyimpanan dan terjadi pencurian. Sejumlah koin emas hilang,” katanya.
Kejadian itu berulang hingga dua kali. Saat kali kedua inilah penjaga sempat memergoki dan mengejar pencurinya. Saat dikejar, ternyata pencuri itu masuk ke dalam keraton," imbuhnya.
Kondisi kedaton pun begitu ramai kala itu. Patih Gajah Nggon kala itu ikut serta mengepung kedaton, di mana lokasi itu merupakan tempat peristirahatan Prabu Hayam Wuruk. Gajah Nggon kemudian masuk ke dalam kedaton. Sementara prajurit terus berjaga di luar menunggu aba-aba sang patih.
"Saat dicek Gajah Nggon, ternyata di dalam Kedaton hanya ada Prabu Hayam Wuruk. Tidak ada pencuri. Selang dua tahun kemudian tepatnya 1389, Prabu Hayam Wuruk mangkat. Sejak itu, kabut putih selalu menyelimuti ibu kota kerajaan sampai saat ini. Mitosnya kabut itu adalah cara Hayam Wuruk melindungi Majapahit," terangnya.
Kekayaan yang dimiliki Majapahit bahkan sempat dipamer kepada para tamu istana, salah satunya kepada kerajaan dari Tirai Bambu, China saat dijamu di Kolam Segaran yang juga menjadi tempat berwisata bagi petinggi Kerajaan Majapahit.