IDI Makassar Pertanyakan Sikap Pemkot Ngotot Pakai GeNose
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempertanyakan sikap getol Pemerintah Kota Makassar , yang ngotot ingin tetap menggunakan GeNose dalam mendeteksi Covid-19.
Hal ini disampaikan langsung Humas IDI Kota Makassar dr Wahyudi Muchsin dalam acara Diskusi Publik yang diadakan Ombudsman Makassar di Gaul Coffe Jalan Topaz Raya, Kecamatan Panakkukang (29/10/2021).
"Juni, Juli, Agustus, lagi tingginya Covid-19, itu GeNose sudah tidak dipakai lagi, termasuk di Jogja. Makanya kita heran kalau Makassar ngotot pakai. Kecuali dengan alasan supaya tidak jadi temuan, maka bermain cantik," sindirnya.
Diketahui alat tersebut rencana akan digunakan pada Pembelajaran Tatap Muka (PTM) SD-SMP untuk mendeteksi Covid-19 pada siswa.
dr Yudhi sapaan akrabnya mengatakan, hal ini merupakan konsekuensi penganggaran yang terlanjur ke luar sehingga dia menyarankan penggunaan GeNose dapat disertakan dengan PCR agar peruntukannya dapat dipertanggungjawabkan.
"Kalau perlu, sama seperti awal, waktu GeNose datang, kita kan ada lakukan head to head dengan PCR di Karebosi. Bawalah itu genose, Swab PCR, supaya langsung sama-sama. Karena kami juga mengetahui, ini mubassir, kita kena kritik karena anggaran sudah dipakai," katanya.
Lebih lanjut dr Yudhi mengatakan, pihaknya sedari awal telah menolak penggunaan alat tersebut. Lantaran metode pemeriksaannya yang dirasa sudah tidak tepat sasaran.
"Logikanya di mana bau mulut bisa menangkap Covid? Sementara ini virus di tenggorokan dan laring. Banyak kasus hanya karena dia merokok, dia minum yang menyengat, tiba-tiba positif. Setelah kumur-kumur, 10 menit kemudian tes lagi, hasilnya negatif," tandasnya.
Hal ini disampaikan langsung Humas IDI Kota Makassar dr Wahyudi Muchsin dalam acara Diskusi Publik yang diadakan Ombudsman Makassar di Gaul Coffe Jalan Topaz Raya, Kecamatan Panakkukang (29/10/2021).
"Juni, Juli, Agustus, lagi tingginya Covid-19, itu GeNose sudah tidak dipakai lagi, termasuk di Jogja. Makanya kita heran kalau Makassar ngotot pakai. Kecuali dengan alasan supaya tidak jadi temuan, maka bermain cantik," sindirnya.
Diketahui alat tersebut rencana akan digunakan pada Pembelajaran Tatap Muka (PTM) SD-SMP untuk mendeteksi Covid-19 pada siswa.
dr Yudhi sapaan akrabnya mengatakan, hal ini merupakan konsekuensi penganggaran yang terlanjur ke luar sehingga dia menyarankan penggunaan GeNose dapat disertakan dengan PCR agar peruntukannya dapat dipertanggungjawabkan.
"Kalau perlu, sama seperti awal, waktu GeNose datang, kita kan ada lakukan head to head dengan PCR di Karebosi. Bawalah itu genose, Swab PCR, supaya langsung sama-sama. Karena kami juga mengetahui, ini mubassir, kita kena kritik karena anggaran sudah dipakai," katanya.
Lebih lanjut dr Yudhi mengatakan, pihaknya sedari awal telah menolak penggunaan alat tersebut. Lantaran metode pemeriksaannya yang dirasa sudah tidak tepat sasaran.
"Logikanya di mana bau mulut bisa menangkap Covid? Sementara ini virus di tenggorokan dan laring. Banyak kasus hanya karena dia merokok, dia minum yang menyengat, tiba-tiba positif. Setelah kumur-kumur, 10 menit kemudian tes lagi, hasilnya negatif," tandasnya.