Bioavtur J2.4, Seribu Langkah Kurangi Emisi Langit

Rabu, 27 Oktober 2021 - 23:01 WIB
loading...
A A A
Dalam perjalanannya, pengembangan bioavtur sempat vakum. Proyek ini dinilai tidak ekonomis karena harga minyak fosil kala itu terus turun. Padahal, tim peneliti telah membuat rencana pengembangan katalis dan kilang bioavtur oleh Pertamina. “Walaupun vakum, kami sebagai peneliti tidak bisa berhenti begitu saja. Kami terus melakukan riset. Istilahnya, sampai PRK-ITB itu dikunjungi 11 menteri untuk mendapat dukungan. Akhirnya, Presiden Joko Widodo membuat tim khusus untuk mengawal riset hingga saat ini,” kata Iman.

Komitmen kuat semua pihak menghasilkan bioavtur, akhirnya menunjukkan titik terang. Proses riset dilakukan di kilang minyak milik Pertamina. Tahap awal pengembangan dilakukan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Pada tahap ini, dilakukan proses hydro decarboxylation. Prosesnya menargetkan produksi diesel bio hidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.

Tahap selanjutnya, ditandai dengan proses hydrodeoxygenation. Pada tahap ini, Pertamina berhasil memproduksi diesel bio hidrokarbon yang lebih efisien. Puncaknya, PT KPI unit Dumai berhasil memproduksi diesel bio hidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada 2020 lalu. Minyak kelapa sawit ini sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas, serta dilakukan proses penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.

Pengembangan bioavtur kemudian dilakukan di dalam Treated Distillate Hydrotreating (TDHT) unit Kilang Cilacap. Katalis Merah-Putih yang telah dibuat tim ITB, diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang Catalyst di Cikampek, dengan supervisi langsung dari team RTI Pertamina. Di Kilang Cilacap, bioavtur dihasilkan dari inti minyak sawit Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) yang dicampur dengan minyak fosil. Keberhasilan ini menjadi titik puncak temuan energi ramah lingkungan.

Setara Avtur Jet A1

Menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, bioavtur J2.4 yang diproduksi di PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) unit Cilacap menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil. Performa bioavtur J2.4 memiliki kualitas optimal. Pertamina hanya mendeteksi perbedaan kinerja 0,2 hingga 0,6% dari avtur fosil.

“Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2,4% ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis dan kilang yang ada,” ujar Nicke.

Kembali menurut Iman K Reksowardojo, proses produksi bahan bakar pesawat J2.4 telah memenuhi standar internasional. Di antaranya avtur tidak boleh beku pada suhu minus 47 derajat celcius. "Bioavtur ini kan nantinya akan dipakai pesawat pada ketinggian di mana suhunya bisa minus 40 derajat celcius. Jadi tidak boleh beku. Juga tidak boleh mengeluarkan asap hitam. J2.4 sudah memenuhi spesifikasi itu," kata Iman.

Menurut dia, tim Pertamina dan ITB sempat melakukan uji coba dengan menaikkan komposisi minyak sawit sebanyak 3 persen. Namun dalam prosesnya, campuran tersebut masih menyebabkan bioavtur titik bekunya di atas minus 47 derajat celcius. "Tim kemudian menurunkan kembali dan didapat komposisi tepat campuran inti minyak sawit 2,4 persen," jelas dia.

Kendati begitu, Iman memastikan, tidak tercapainya komposisi 3 persen karena proses produksi menggunakan teknik co-processing dengan menggunakan kilang tanpa modifikasi yang signifikan. Dia berkeyakinan, dengan penelitian lebih lanjut akan menaikkan komposisi penggunaan minyak inti sawit. Apalagi didukung ketersediaan kilang dengan rancangan khusus bioavtur.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1844 seconds (0.1#10.140)