Muslihat PKI Mendulang Suara di Jatim dan Aksi Jihad Ansor NU
loading...
A
A
A
Di Surabaya, PKI yang mendapat dukungan 231.000 suara, kalah dengan PNI yang meraup dukungan 265.000 suara. Di Surabaya Masyumi hanya mendapat 117.000 suara. NU dengan dukungan 431.000 suara berada di urutan teratas. Di karsidenan Bojonegoro, PKI yang mendapat dukungan 289.000 suara, kalah dengan Masyumi yang didukung 300.000 suara.
Sedangkan PNI memperoleh dukungan 155.000 suara dan NU hanya 131.000 suara. Di karsidenan Bojonegoro, juaranya adalah Masyumi. Di Karsidenan Besuki PKI hanya dapat 232.000 suara, PNI 380.000 suara, dan Masyumi 150.000 suara. Di Karsidenan Besuki, NU yang meraup dukungan 699.000, menjadi jawarannya. Sementara di wilayah Madura, PKI yang memperoleh dukungan 3.000 suara berada di urutan paling akhir.
PKI kalah dengan PNI yang mendapat 88.000 suara dan NU yang didukung 59.000 suara. Di Madura, juaranya adalah Masyumi yang nendapat dukungan 134.000 suara. Di Provinsi Jawa Timur. Total suara yang diraih PKI pada pemilu 1955 adalah 2.299.602 suara atau 23,3 %. PKI berada di urutan kedua perolehan suara terbanyak. Urutan pertama di Jawa Timur dipegang oleh Partai NU yang meraup dukungan 3.370.554 suara atau 34,1 %.
Sedangkan PNI yang berjualan nama besar Bung Karno, hanya menempati urutan ketiga dengan perolehan dukungan 2.251.069 suara atau 22,8 %. Posisi terbawah dalam susunan partai empat besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI) di Jawa Timur ditempati Masyumi yang hanya memperoleh 1.109.742 suara atau 11,2 %. Keberhasilan PKI meraup dukungan suara besar, khususnya di Jawa Timur, tidak lepas dari kepiawaian kadernya melakukan agitasi propaganda.
Herbert Feith dalam "Pemilihan Umum 1955 di Indonesia", menyebut suara yang diperoleh komunis berasal sebagian besar dari Jawa Tengah dan bagian barat Jawa Timur, jantung kebudayaan Jawa. Di daerah-daerah mereka menghembuskan differensiasi partai dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat. Di depan rakyat, para kader PKI mampu menjelaskan secara sederhana beda PKI dengan kompetitornya.
"Bahwa semboyan PKI yang paling sederhana, yakni : PNI partai priyayi, Masyumi dan NU partai santri, tetapi PKI partai rakyat. Digunakan sangat luas di daerah," tulis Herbeth Feith
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Sedangkan PNI memperoleh dukungan 155.000 suara dan NU hanya 131.000 suara. Di karsidenan Bojonegoro, juaranya adalah Masyumi. Di Karsidenan Besuki PKI hanya dapat 232.000 suara, PNI 380.000 suara, dan Masyumi 150.000 suara. Di Karsidenan Besuki, NU yang meraup dukungan 699.000, menjadi jawarannya. Sementara di wilayah Madura, PKI yang memperoleh dukungan 3.000 suara berada di urutan paling akhir.
PKI kalah dengan PNI yang mendapat 88.000 suara dan NU yang didukung 59.000 suara. Di Madura, juaranya adalah Masyumi yang nendapat dukungan 134.000 suara. Di Provinsi Jawa Timur. Total suara yang diraih PKI pada pemilu 1955 adalah 2.299.602 suara atau 23,3 %. PKI berada di urutan kedua perolehan suara terbanyak. Urutan pertama di Jawa Timur dipegang oleh Partai NU yang meraup dukungan 3.370.554 suara atau 34,1 %.
Sedangkan PNI yang berjualan nama besar Bung Karno, hanya menempati urutan ketiga dengan perolehan dukungan 2.251.069 suara atau 22,8 %. Posisi terbawah dalam susunan partai empat besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI) di Jawa Timur ditempati Masyumi yang hanya memperoleh 1.109.742 suara atau 11,2 %. Keberhasilan PKI meraup dukungan suara besar, khususnya di Jawa Timur, tidak lepas dari kepiawaian kadernya melakukan agitasi propaganda.
Herbert Feith dalam "Pemilihan Umum 1955 di Indonesia", menyebut suara yang diperoleh komunis berasal sebagian besar dari Jawa Tengah dan bagian barat Jawa Timur, jantung kebudayaan Jawa. Di daerah-daerah mereka menghembuskan differensiasi partai dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat. Di depan rakyat, para kader PKI mampu menjelaskan secara sederhana beda PKI dengan kompetitornya.
"Bahwa semboyan PKI yang paling sederhana, yakni : PNI partai priyayi, Masyumi dan NU partai santri, tetapi PKI partai rakyat. Digunakan sangat luas di daerah," tulis Herbeth Feith
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(msd)