Sejarah Tari Piring dan Lagu Ayam Den Lapeh, Kesenian dari Minangkabau yang Sarat Akan Makna

Minggu, 22 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
"Tabanglah juo nan karimbo, Oilah malang juo (terbanglah jauh ke rimba, oh malang sekali)". Ayam kesayangan akhirnya kabur tanpa terkejar masuk ke dalam hutan. Baca: Kisah Kesaktian Eyang Bintulu Aji, Sang Pamomong Wahyu Keraton Mataram.

Lirik lagu "Ayam Den Lapeh" menggunakan kata ganti personal orang pertama "aku". Aku penulis bisa saja memiliki pengalaman pribadi tentang ayam yang masih liar itu untuk menggambarkan sebentuk kehilangan sesuatu yang lain.

Bagaimana pun, penulis ingin menyampaikan bahwa harus hati-hati menyimpan sesuatu jika tidak ingin kehilangan. Ya, apa pun bisa terjadi di luar kendali ketika "bermain-main" hal penuh risiko. Meskipun, ada pula orang yang lebih senang tantangan karena adrenalinnya lebih terpacu ketika membiarkan kaki si ayam tak terikat.

Ada juga nasihat langsung melalui peribahasa "sikucapang sikucapeh, saikua tabang saikua lapeh (yang dikejar tak dapat, yang sudah ada berlepasan). Peribahasa ini mengajarkan untuk bersyukur tentang apa yang dimiliki dan menjaganya jangan sampai hilang. Baca Juga: Cerita Pembuatan Bendera Pusaka, Tenda Warung Soto dan Rp500 Sen Begini Kisahnya.

Lagu "Ayam Den Lapeh" diakhiri dengan lirik "duduak tamanuang tiok sabanta, oi takana juo ai ai (duduk termenung sebentar, oh terkenang lagi). Pada akhirnya, ketika sudah kehilangan dan tak mampu berbuat apa-apa, berusahalah mengikhlaskannya.

Sumber:
Wikipedia
merahputih
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1394 seconds (0.1#10.140)