Duh, Suami Berhenti Kerja Akibat COVID-19, Istri Terpaksa Jual Perabotan Rumah
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Pandemi COVID-19 yang sudah terjadi sejak awal 2020 hingga sekarang membuat banyak warga yang terkena imbasnya. Tidak jarang warga harus bekerja serabutan atau terpaksa menjual barang-barangnya untuk tetap bertahan hidup.
Seperti yang dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) warga Kampung Panagelan RT 02/04, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Novi Sovianti (33) dan Ruslan Permana (31). Mereka terpaksa harus menjual perabotan rumah tangganya satu per satu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Novi mengakui jika kehidupan keluarganya saat ini sangat morat-marit. Apalagi pandemi COVID-19 hingga kini masih terjadi dan belum dipastikan kapan akan mereda. Bahkan suaminya pun harus kehilangan pekerjaan akibat wabah ini dan sekarang merintis usaha.
"Suami sempat kerja di Bali tapi karena COVID-19 berhenti. Paling sekarang kami jual perabotan di rumah yang bisa jadi uang untuk makan dan anak-anak jajan," kata Novi yang telah menjual speaker bluetooth-nya senilai Rp50 ribu, Senin (26/7/2021).
Ekonomi keluarganya sempat bangkit ketika suaminya merintis usaha penjualan stroberi dengan konsumen langganannya di wilayah Jabodetabek. Namun usaha suaminya lagi-lagi terdampak kebijakan PPKM Darurat. Aktivitas pengiriman berhenti total karena tidak ada pengiriman ke wilayah Jakarta.
Ujian bagi keluarganya bertambah berat saat dua bulan lalu ayahnya terkena stroke sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Kondisi itu membuat Novi dan suaminya semakin berat menanggung beban kehidupan. Apalagi di keluarganya tidak ada satupun yang memiliki penghasilan tetap.
"Saya sudah jual pakaian, panci, helm, rice cooker, dan yang lainnya. Rumah ini juga rencananya akan dijual dan kami semua akan pindah ke Cimahi," kata ibu dua anak ini. Baca: COVID-19 Menggila, Papua Nugini Abaikan Nota Diplomatik RI soal Pintu Perbatasan.
Ironisnya, keluarganya tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah. Penyebabnya mungkin karena masalah domisili. Meskipun dia dan keluarganya sudah dua tahun tinggal di Cisarua, KBB, namun Kartu Keluarganya (KK) masih berdomisili di Kota Cimahi.
"Bantuan gak ada, karena harus bikin surat pindah dulu dari Cimahi ke sini. Tapi kalau ada pesta politik, keluarga saya selalu dilibatkan dalam pemilihan," pungkasnya. Baca Juga: Awas, Gelombang 6 Meter Ancam Pantai Selatan Yogyakarta.
Seperti yang dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) warga Kampung Panagelan RT 02/04, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Novi Sovianti (33) dan Ruslan Permana (31). Mereka terpaksa harus menjual perabotan rumah tangganya satu per satu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Novi mengakui jika kehidupan keluarganya saat ini sangat morat-marit. Apalagi pandemi COVID-19 hingga kini masih terjadi dan belum dipastikan kapan akan mereda. Bahkan suaminya pun harus kehilangan pekerjaan akibat wabah ini dan sekarang merintis usaha.
"Suami sempat kerja di Bali tapi karena COVID-19 berhenti. Paling sekarang kami jual perabotan di rumah yang bisa jadi uang untuk makan dan anak-anak jajan," kata Novi yang telah menjual speaker bluetooth-nya senilai Rp50 ribu, Senin (26/7/2021).
Ekonomi keluarganya sempat bangkit ketika suaminya merintis usaha penjualan stroberi dengan konsumen langganannya di wilayah Jabodetabek. Namun usaha suaminya lagi-lagi terdampak kebijakan PPKM Darurat. Aktivitas pengiriman berhenti total karena tidak ada pengiriman ke wilayah Jakarta.
Ujian bagi keluarganya bertambah berat saat dua bulan lalu ayahnya terkena stroke sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Kondisi itu membuat Novi dan suaminya semakin berat menanggung beban kehidupan. Apalagi di keluarganya tidak ada satupun yang memiliki penghasilan tetap.
"Saya sudah jual pakaian, panci, helm, rice cooker, dan yang lainnya. Rumah ini juga rencananya akan dijual dan kami semua akan pindah ke Cimahi," kata ibu dua anak ini. Baca: COVID-19 Menggila, Papua Nugini Abaikan Nota Diplomatik RI soal Pintu Perbatasan.
Ironisnya, keluarganya tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah. Penyebabnya mungkin karena masalah domisili. Meskipun dia dan keluarganya sudah dua tahun tinggal di Cisarua, KBB, namun Kartu Keluarganya (KK) masih berdomisili di Kota Cimahi.
"Bantuan gak ada, karena harus bikin surat pindah dulu dari Cimahi ke sini. Tapi kalau ada pesta politik, keluarga saya selalu dilibatkan dalam pemilihan," pungkasnya. Baca Juga: Awas, Gelombang 6 Meter Ancam Pantai Selatan Yogyakarta.
(nag)